BERBAKTILAH ENGKAU KEPADA SESAMA INSAN
" Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan " Kunjungi Website kami di: www.silat-beksi.com

30 May 2007

Silat Betawi punye Gaye

Dijiwai Semangat Perjuangan
Oleh : AMAL IHSAN

Orang dulu nggak kenal silat. Mereka bilangnya maen pukul. Hujan deras mengguyur pondok berdinding anyaman bambu di depan Book Cafe di Jalan Duren Tiga, Jakarta Selatan, sekitar dua pekan lalu. Petir bersahutan, membuat nyali sedikit menciut. Sebatang rokok keretek dan segelas kopi panas terhidang. Rasa dingin itu perlahan lenyap ketika obrolan mengenai sejarah aliran silat Betawi, Jiencin, mulai mengalir. Sembari menyeruput kopi panas, lelaki setengah baya bernama Muhammad Nurdin seolah tak peduli dengan cuaca di luar. Ia dengan semangat menggerakkan tangannya untuk menggambarkan suasana pertarungan. Mendengar nama Jiencin, orang akan menduga pendiri atau guru besar aliran itu berasal dari Cina. Nyatanya, maen pukulan Jiencin adalah pencak silat dari Betawi.

Nama itu adalah nama ayah saya, almarhum H Husein bin H Utsman, kata Nurdin, ahli waris silat Jiencin yang akrab dipanggil dengan nama Bang Udin. Pada masa mudanya, H Husein biasa dipanggil Bang Encin. Setelah menunaikan ibadah haji, ia dipanggil Ji-Encin (Ji=Haji dan Encin=Husein). Adapun maen pukulan adalah sebutan Betawi untuk pencak silat. Orang dulu nggak kenal silat, mereka bilangnya maen pukul, kata Bang Udin. Menurut Bang Udin, maen pukulan Jiencin adalah aliran yang tumbuh dan berkembang dengan semangat kepemudaan di Betawi. Saat itu ilmu silat dijadikan sebagai pegangan dan sarana perlawanan terhadap penjajah. Hal itu tidak terkecuali bagi Husein. Ia mengabdikan sebagian hidupnya untuk bergabung dengan pergerakan perjuangan membela Tanah Air, bergabung ke Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Karena panggilan dan kebutuhan perjuangan, Husein muda harus bergerilya keluar-masuk kampung atau daerah bersama kesatuannya. Wilayah yang pernah ia lalui antara lain Bekasi, Tambun, Karawang, Cikampek, Cikarang, Bogor, dan Ujung Kulon, Banten.

Dengan keluar-masuk daerah tersebut membuat Husein muda banyak bertemu dengan tokoh silat. Ia banyak mendapat masukan dari hasil tukar pikiran dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh daerah. Tidak jarang proses ini didahului dengan saling menjajal ilmu satu sama lain, ucap Bang Udin. Dari pengalaman yang diterimanya, didukung bakat dan kecerdasan beliau, Haji Encin berhasil memadukan beberapa gerakan ilmu silat dari berbagai aliran pencak silat (antara lain Cingkrig, Bandul, Beksi, Suliwa, dan Gerak Rasa) menjadi suatu ilmu silat yang unik dan tidak ada namanya. Kami lalu menyebutnya aliran Jiencin sesuai dengan nama beliau, katanya. Ketika kembali ke Jakarta, bekal pengalaman dan ilmunya mengantarkan beliau menjadi orang yang disegani baik lawan maupun kawan di daerah Kampung Baru (sekarang disebut daerah Warung Buncit), Duren Tiga, Tegal Parang, Pancoran, dan Mampang Prapatan.

Ada satu prinsip yang dipegang teguh aliran ini. Haji Encin selalu mewanti-wanti, Jangan pernah ngejual, tapi orang ngejual kite beli. Maknanya, Musuh jangan dicari. Tapi, bila bertemu, jangan lari. Dengan prinsip itu ditambah dengan ketawaduan beliau, hal itu mempertahankan reputasi beliau yang tidak pernah dijatuhkan lawan, kata Ahmad Fikri, yang menjadi ketua aliran Jiencin. Haji Encin lahir pada 1922 dan wafat pada 2000. Beberapa putranya serta murid beliau meneruskan perjuangannya dalam mengembangkan aliran ini dengan berpusat di Mampang Prapatan XV Nomor 20, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Karakter 12 jurus aliran Jiencin adalah mengandalkan permainan tangan yang cepat dan keras.

Setiap pukulan dan gerak harus berisi tenaga, kata Bang Udin. Selain itu, pukulan juga dengan gerak badan yang cepat dan keras. Di tingkat awal diajarkan latihan keterampilan pematangan jurus pukul, pertahanan kaki, dan ngeles atau kemampuan menghindari serangan. Di tahap akhir, dilakukan latihan pengembangan rasa yang berfungsi melatih refleks mengantisipasi serangan lawan. Selain itu, sebagai ilmu gabungan, aliran jiencin memiliki teknik lengkap, dari pukulan, kuncian, tangkisan, hindaran, dan sikutan, kecuali tendangan. Tendangan tinggi tidak ada, hanya tendangan dengan lutut ke arah kemaluan dan sapuan ke arah kaki lawan. Sebagai tambahan, selain dibekali teknik bela diri, murid aliran Jiencin mengenal amalan. Caranya adalah dengan menggelar pengajian rutin sebelum latihan fisik dan olah pernapasan dengan zikir sesudah latihan. Ini sesuai dengan tujuan ajaran silat ini, memperteguh iman Islam, kata Fikri

No comments: