Bang Odie Kelana, adalah salah satu Murid Almarhum
H. Hasbullah dari daerah Tanah Abang tepatnya Kebon Dalem yang masih tersisa. Dari
raut mukanya memang tampak beliau sudah tidak muda lagi. Diusianya yang senja,
beliau senantiasa ditemani dengan tongkat untuk membantu beliau berjalan. Tapi
ada yang berbeda, walau postur tubuh sudah tidak kekar dan tegap lagi, namun
ketika beliau memperagakan kepalan dan kuda kuda serta sikut dan tangkepan
BEKSI, subhanallah tak telihat usia senja yang beliau jalani, pukulannya masih
begitu kencang mengepal, sikut dan tangkapannya pun masih tetap terlihat kokoh,
hasil tempaan dan produk sang Maestro H. Hasbullah masih tetap kentara menempel
di tubuh beliau
Bang Odie Kelana dahulu adalah pemuda yang berasal dari Kebon Dalem Tanah
Abang yang ingin menimba ilmu bela diri BEKSI dengan H. Hasbulloh. Bersama
beliau ada 4 orang lainnya yang juga berasal dari satu daerah yang sama, Mereka
terkenal dengan “5 Anak Tanah Abang” yang saat itu belajar ilmu bela diri
BEKSI. Mereka itu adalah: bang Odi Kelana, Bang Rojik. (Alm), Bang Said Jawaz
(Alm), Bang Hotib (Alm) dan bang Husin (Alm). Kesemuanya telah menghadap sang
Khaliqnya, tinggal bang Odie Kelana lah saksi hidup “5 Anak Tanah Abang” yang
menimba ilmu bela diri BEKSI.
Bersama bang Odie perbincangan tentang BEKSI kian lama kian seru, ini
dikarenakan, disamping karena beliau adalah pelaku sejarah Perguruan Pencak
Silat BEKSI beliau juga seorang pelatih BEKSI beliau juga dikenal sebagai team
kreatif dan pemikir organisasi BEKSI pada zamaannya bersama sahabat dekatnya
Bang Nafis dari Petukangan. Beliau juga menceritakan tentang ilmu bela diri
BEKSI pada zamannya dahulu yang dipelajari dari H. Hasbullah memang terbilang
unik dan spesial. Hal tersebut beliau katakan mengutip perkataan almarhum H.
Hasbullah sebagai berikut: “Barang (baca: BEKSI) Kita Bagus, kite kasih orang
sembarangan trus jadi jelek...khan kite yang pegel”. Hal tersebut beliau
sampaikan dengan maksud bahwa bela diri BEKSI yang diajarkan di Perguruan
Pencak Silat BEKSI adalah ilmu bela diri yang sudah bagus. Beliau sambi
berkata: “Jadi mohon belajar BEKSI yang serius, pukulan, sikut, kuda-kudanya
diperhatiin dan jangan cepet bosen kalo mo dapet ilmunya BEKSI”
Perbincangan dengan Odi kelana juga menggambarkan, bahwa Alm. H. Hasbullah
adalah murid kesayangan H. Ghozali. Kedekatan tersebut, selain karena jurus
yang dipunyai Hasbullah memiliki tingkat daya nalar dan teknik serta speed yang
cepat, Hasbullah juga tinggal satu kampung dengan H. Ghozali dan masih memiliki
huungan kekerabatan dengan beliau. Sehingga bila H. Ghozali hendak mengajar ke
berbagai tempat di luar kota Jakarta, seperti
di Karawang, Subang, Cikampek, dll. H. Ghozali kerap kali membawa serta H.
Hasbullah untuk ikut beserta beliau. Tugasnya untuk membantu H. Ghozali dalam
proses belajar mengajar di lokasi tersebut.
Namun, dikarenakan Hasbullah masih muda belia, darah muda yang mengalir
dalam tubuh H. Hasbullah kerapkali merepotkan H. Ghozali. Karena seringkali,
dibeberapa tempat latihan yang baru, H. Hasbullah sering berkelahi dengan warga
sekitar yang hendak menjajal permainan pukul yang dimiliki putra Petukangan
ini. Memang bila sepintas melihat perawakan tubuh H. Hasbullah yang kecil
kurus, mungkin sempat terpikir dibenak orang yang hendak menjajal kebolehan
pemainan pukul yang dimiliki H. Hasbullah: “masa iya, orang kecil begini bisa
ngejatohin gue??”. Akan tetapi walhasil, dari beberapa perkelahian, justru
dengan begitu, banyak diantara murid-murid yang belajar kepada H. Ghozali,
adalah bekas orang-orang yang dijatuhkan oleh H. Hasbullah ketika berkelahi
dengan beliau.
Beliau juga menceritakan bagaimana penyebaran ilmu
bela diri BEKSI pada masa beliau menjadi murid almarhum H. Hasbullah. Pernah
dikisahkan pada suatu hari, ketika para pemuda Kebon Dalem ingin mengundang H.
Hasbullah untuk datang mengajar mereka Salah seorang guru silat yang di sebut
dengan panggilan bang icang penduduk asli Kebon Dalem yang ingin mencoba
permaenan H. Hasbullah. Seperti kebiasaan para jago-jago silat zaman dahulu,
bila hendak mengajar di kampung orang, maka wajib menjatuhkan jago silat yang
memiliki permainan silat di kampung tersebut terlebih dahulu.
Ketika itu, para warga setempat sempat ramai karena akan digelar
perkelahian antara Jagoan bang Icang Jagoan Tanah Abang dengan H. Hasbullah
Jagoan BEKSI dari Petukangan. Hingga pada akhirnya pengurus Masjid Al Muawanah
Kebon Dalem, memfasilitasinya dengan menyediakan tempat pertarungan di depan halaman
masjid tersebut. Berita pertarungan itupun kian hangat dibicarakan dipelosok
daerah Kebon Dalem hingga wilayah Petukangan, antusiasme warga kian ramai
mengingat kedua orang tersebut adalah tokoh persilatan yang disegani diwilayah
mereka masing-masing.
Namun mendekati hari yang ditentukan, para sesepuh warga kebon Dalem dan
orang-orang yang dituakan ketika itu menasehati bang Icang agar mengurungkan
niat tersebut, mereka berpendapat:”Udah gak usah diterusin dah ributnya, biarin
anak-anak sini pada belajar silat BEKSI, pan BEKSI juga silat Betawi juga,
lagian kalo ada yang kalah ataupun menang, dua-duanya sama-sama orang Betawi”.
Mendengar nasehat tersebut, hati bang Icangpun luluh ketika itu. Walhasil
pertarungan itupun batal diadakan dan hasilnya H. Hasbullah beserta para
muridnya dipersilahkan mengajar di daerah Kebon Dalem dengan damai. Malah pada
akhirnya, Hasbullah dan bang Icang ini dikemudian hari menjadi sahabat yang
saling hormat dan menghormati satu dengan yang lainnya.
sumber berita: www.silat-beksi,com
No comments:
Post a Comment