BERBAKTILAH ENGKAU KEPADA SESAMA INSAN
" Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan " Kunjungi Website kami di: www.silat-beksi.com

12 April 2007

Silaturahmi Perguruan

Tiga Berantai Putra Betawi




Anda tahu letak jalan Pangeran Jayakarta? Jalan yang terletak di wilayah Kota itu diabadikan untuk mengenang perjuangan Ahmad Djakerta atau Pangeran Jayakarta III, keturunan Fatahillah, pendiri kota Jakarta. Ketika Pangeran Jayakarta III berkuasa, armada Maskapai Perdagangan Belanda (VOC) menyerang Jakarta pada 1619. Pada waktu itu, istana Jayakarta terletak di kawasan yang sekarang disebut Mangga Dua. Ketika istananya diserang, Pangeran Djakerta berhasil meloloskan diri. Untuk mengelabui tentara kompeni Belanda, pangeran melempar jubahnya ke dalam sumur, untuk mengesankan ia sudah tewas dan mayatnya dibuang ke sumur.bBelanda pun mengira demikian. Setelah Jayakarta dikuasai Belanda, Gubernur Jenderal Jan Pieterzoen Coen mengubah nama kota menjadi Batavia. Sedangkan Pangeran Jayakarta dan pengikutnya bertahan di hutan jati di wilayah timur Jakarta. Wilayah itu lantas disebut Jatinegara, yang bermakna negara atau pemerintahan (Jakarta) yang sejati. Di wilayah ini pula Pangeran Djakerta menggalang kekuatan untuk melawan Belanda. Ia menyamar sebagai rakyat jelata dan terus bergerilya hingga akhir hayatnya. Anak keturunannya juga terus hidup dan menyembunyikan identitasnya. Cirinya, adalah nama depan Ateng yang sebenarnya berarti Raden. Bukan cuma nama yang diwariskan keturunan Pangeran Jayakarta, tetapi juga permainan pencak silat. Salah satu keturunannya yang mewarisi ilmu silat adalah Haji Ateng Abdulrahim (1885-1970). Ateng Abdulrahim yang setelah menunaikan haji dipanggil H. Ibrahim pada masanya dikenal jago Mester,Jatinegara. Ia belajar ilmu silat dari ayahnya, Ateng Abdul Hamid dan pamannya Ateng Arwah dan Ateng Damis, juga dari banyak guru silat lainnya seperti Ki Asnawi dan H. Solihin. H. Ibrahim mewariskan ilmu silatnya kepada anak angkatnya, H. Ahmad Bunawar dan muridnya, H. Deddy Setiadi, yang kemudian mendirikan perguruan pencak silat Tiga Berantai pada 1975. Menurut H. Ahmad, perguruannya disebut Tiga Berantai karena ada tiga aliran besar ilmu silat yang diajarkan yakni Si Macan, Si Tembak dan Si Karet. Si Macan adalah ilmu silat yang diwariskan Pangeran Jayakarta. Cirinya adalah serangan jari tangan cakar dengan landasan tenaga dalam yang kuat. Dalam pertarungan, cakar digunakan untuk menyerang titik lemah musuh seperti mata dan tenggorokan. Adapun Si Tembak adalah ilmu silat yang diwariskan Pangeran Sugiri, kerabat Pangeran Jayakarta. Ciri khasnya adalah menyimpan pukulan telapak tangan kanan yang dialiri tenaga dalam untuk kemudian dilepaskan sebagai pukulan pamungkas. Yang ketiga, adalah Si Karet, ilmu silat yang merupakan penggabungan dari berbagai aliran seperti aliran Kebon Manggis dari H. Solihin, Cikaret dari Bogor, aliran Mak Inem Pengasinan dari Kerawang dan Serak dari Pak Muhin di Tenabang. Selain itu, aliran silat Si Sabar dari Kebon Sirih dan Giek Sao dari Cina Utara. Si Sabar diajarkan kakek saya, Engkong Musa dan Giek Sao diajarkan ayah saya, H. Muhasim, kata H. Ahmad. Dengan warisan aliran silat yang begitu kaya, tidak heran Tiga Berantai menjadi perguruan silat yang disegani. Tiga Berantai yang juga salah satu perguruan pendiri Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), seringkali menguasai turnamen pencak silat dalam dan luar negeri dan telah mencetak banyak juara. Selain itu, Tiga Berantai juga merupakan pendiri Persatuan Pencak Silat Betawi yang mewadahi 80 aliran silat di Jakarta

1 comment:

daryant said...

Assalamualikum, salam kenal dari PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi Pimpinan Bang Haji Ahmad Dumyati (Dudung Babeh) dari Kebon Nanas Jakarta Timur. Moga aja menambah khasanah silat betawi lainnya.