BERBAKTILAH ENGKAU KEPADA SESAMA INSAN
" Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan " Kunjungi Website kami di: www.silat-beksi.com

21 January 2011

Pencak Silat Kok Dikira Kungfu Malaysia

 "Pandangan yang harus di luruskan tentang 
Pencak Silat"

Banyak orang yang tak mengenal pencak silat sebagai budaya asli Indonesia. Maka dari itu, jangan heran jika ada yang mengenalnya sebagai kungfu. Malah ada yang menyangka seni bela diri ini berasal dari Negeri Jiran, Malaysia.

Hal terakhir itulah saya temui ketika saya mengikuti rombongan tim pencak silat Indonesia dalam Festival Musanda di Kota Pretoria, Acara ini merupakan bagian dari pesta pembukaan putaran final Piala Dunia 2010. Festival Musanda merupakan acara semacam karnaval yang diikuti 200 tim dan Indonesia menjadi satu-satunya wakil dari Asia. Ini tentu saja sebuah penghargaan luar biasa, mengingat Indonesia tidak termasuk peserta putaran final Piala Dunia 2010. Festival ini mengambil jarak sekitar 5 kilometer, mulai dari Museum Seni Pretoria di Wessel Street dan finis di Burgers Park.

Indonesia tampil sangat unik dibanding rombongan yang lain. Para personel tim pencak silat Indonesia memakai ciri khas Nusantara, yakni celana putih dan baju merah plus beberapa di antara mereka mengenakan kopiah ala Minangkabau. Tutup kepala ini didesain khusus untuk aliran pencak silat dari Johannesburg tersebut.

Seperti anggota tim lain, saya begitu menikmati semua yang kami lakukan bersama. Begitu start dikibarkan oleh Wali Kota Pretoria, Gwen Ramagopa, kami pun dengan percaya diri melangkah. Setiap langkah kami adalah atraksi untuk mereka yang merasakan ada keunikan pada penampilan kami. Penampilan ini sangat berbeda dibanding peserta lain yang umumnya menampilkan atraksi hampir mirip satu sama lain.

Setiap gerakan kami mempertontonkan apa sesungguhnya pencak silat itu. Masalahnya, warga Afrika Selatan tidak ngeh dengan apa yang kami bawakan. Atraksi kami selalu menyedot perhatian khalayak ramai, tapi di antara mereka tak mengenal apa itu pencak silat dan dari mana asalnya. Bendera "Merah Putih" yang kami bawa di barisan depan pun tak cukup untuk membuat mereka tahu dari mana asal rombongan kami.

"Anda dari China, bukan? Dan itu yang namanya kungfu ya? Atau itu dari Malaysia?" Komentar itulah yang selalu saya dengar setiap kali berbincang dengan para penonton.
Bagi mereka, atraksi pencak silat dianggap sebagai bagian dari ilmu bela diri ala kungfu. Namun, menganggap atraksi kami sebagai budaya dari Malaysia, tentu beda urusannya. Rupanya, beberapa bulan silam, ada rombongan tim pencak silat Malaysia yang mengadakan kolaborasi dengan seni bela diri Afsel.

Alhasil, saya harus menjelaskan panjang lebar tentang apa sesungguhnya pencak silat itu dan bagaimana sejarahnya. Saya menegaskan, pencak silat yang kami tampilkan sepanjang jalan dan di Burgers Park adalah karya asli anak bangsa Indonesia.
Supaya tak terjadi salah paham soal asal-muasal pencak silat, kadang saya mengajak mereka masuk ke dalam barisan tim pencak silat. Kami mempersilakan mereka melihat sendiri bagaimana kami menata gerak demi gerak. Setelah itu, barulah mereka berteriak "Hidup Indonesia! Hidup Indonesia! Hidup Indonesia!". Tengkuk saya pun merinding dibuatnya.

Suasana lebih heboh ketika Indonesia beratraksi di panggung Burgers Park. Hampir seribu penonton terkesima melihat jurus tangan kosong, jurus golok, jurus celurit, ganda tangan kosong, ganda jurus celurit, jurus trisula dan jurus kipas. Di akhir performa, para penonton memberikan sambutan luar biasa dan standing ovation bagi tim pencak silat Indonesia.
"Kami memang kurang sosialisasi dan karena itulah kami hadir di Pretoria. Kami ingin mengenalkan kalau pencak silat bukan dari Malaysia, tapi ini berasal dari Indonesia, tanah air kita," tutur Priharjono, guru di padepokan silat Permai Martial Art Johannesburg.
Menurut Mr Jojo, sapaan Priharjono, pihaknya saat ini sudah memiliki 200 anggota dan menjadi pioner bagi terbentukya persatuan olahraga pencak silat Afsel. Tahun ini pula, Afsel akan hadir dalam kejuaraan dunia pencak silat di Kalimantan Timur.

Padepokan pencak silat tersebut dikelola seorang pebisnis Indonesia, Syariat Ar Rifia, yang juga memiliki pondok pesantren terbesar di Afsel bernama Darul Ulum, sekolah Islam Al Azhar, dan Bosment Islamic School. "Kami akan terus menggerakkan promosi pencak silat. Kami tak ingin kehilangan momen, dan ini menjadi titik krusial bagi kami agar pencak silat benar-benar diterima masyarakat Afsel. Dan sekali lagi, agar mereka tahu ini bukan dari Malaysia atau kungfu, melainkan murni kebudayaan dan seni bela diri Merah Putih," tegas Syariat.

sumber berita: Kompas

No comments: