Film The Raid karya Gareth Huw Evans meraih penghargaan spesial dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival 2011 karena mempromosikan pencak silat melalui sinema.
Presiden Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF)
2011 Garin Nugoro pada acara penutupan JAFF di Yogyakarta, Sabtu,
mengatakan film yang masuk dalam festival film internasional Toronto
mampu menampilkan karakter cerita yang kuat.
“Film itu menarik karena berkisah tentang silat sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia. Gareth berhasil menyampaikan pesan tentang silat sebagai pertunjukan budaya,” katanya.
“Film itu menarik karena berkisah tentang silat sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia. Gareth berhasil menyampaikan pesan tentang silat sebagai pertunjukan budaya,” katanya.
Ia mengatakan film tersebut memiliki karakter personalitas yang kuat dalam setiap adegan.
Menurutnya, film pembuka karya Gareth pada JAFF 2009 juga memenangkan audience choice award di Fantastic Fest Austin, Texas dan mendapatkan anugerah film terbaik pada 2010 dalam action fest di North Carolina, Amerika.
Ia mengatakan Gareth mulai membuat film Footstep pada 2006, yang dirilis di Amerika.
Menurutnya, Gareth terus aktif menulis dan menjadi sutradara film, salah satunya adalah Film Merantau.
Sementara itu, Sutradara Film The Raid Gareth Huw Evans mengatakan
silat di Indonesia menampilkan gerakan yang indah sehingga ia memutuskan
untuk menulisnya.
“Saya menangkap peluang yang ada dengan melihat keunikan dan keindahan gerakan silat di Indonesia,” katanya.
Aktor Film The Raid Iko Uwais mengatakan film tersebut benar-benar
menampilkan atlet silat yang menyuguhkan tontonan yang menarik.
Sementara itu, dalam acara penutupan JAFF 2011 tim juri juga memberikan enam penghargaan film yang lain.
Direktur JAFF Budi Irawanto mengatakan terdapat tiga kategori juri
dalam JAFF setiap tahunnya, yakni festival juri netpac, festival juri
JAFF, dan festival juri community.
Menurut dia, film panjang yang masuk kompetisi memiliki pendekatan beragam dari sisi bertutur, isu, dan pendekatan teknis.
Ia mengatakan tim juri telah menetapkan tujuh film peraih penghargaan.
Menurutnya, Film Oxygen karya Janchivdorj Sangedorj dari Mongolia
menerima penghargaan netpac award karena memadukan seni dan etnografi
kehidupan kota yang keras dan Gurun Gobi.
Ia mengatakan Film Winter Vacation dari China karya Li Hongqi meraih
silver hanoman award karena sutradara mampu meramu kehidupan sehari-hari
dalam perspektif yang menarik.
Dia mengatakan tim juri film pendek Asia memberikan penghargaan film
pendek terbaik atau blencong award pada Film Open The Door karya Ashish
Pandey dari India karena film mampu menampilkan kualitas film yang baik
dengan durasi singkat.
Sedangkan, penghargaan juri special mention diberikan pada Film Bermula dari A karya BW Purba Negara.
Film tentang perdagangan perempuan karya Sutradara Filipina Remton Siega Zuasola meraih dua dari tujuh penghargaan.
Juri Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Gregorius Djaduk
Ferianto mengatakan film karya Sutradara Filipina Remton Siega Zuasola
berjudul Ang Damgo Ni Eleuteria menggunakan pendekatan baru dan
inspiratif sehingga layak mendapatkan dua penghargaan.
Menurutnya, film tersebut meraih penghargaan golden hanoman award dan Geber award.
Dia mengatakan golden hanoman award merupakan penghargaan yang
diberikan kepada film Asia terbaik pertama melalui penjurian dalam
program Asian Feature.
Sementara itu, geber award merupakan penghargaan kepada film Asia
yang dipilih oleh komunitas film dari berbagai kota di Indonesia.
Dia mengatakan film berdurasi 90 menit itu mampu mengangkat dengan baik isu aktual yang dialami negara berkembang.
Menurutnya, film tersebut memanfaatkan ruang kreativitas dengan
memaksimalkan teknologi digital melalui pengambilan gambar yang tidak
terputus dari awal sampai akhir.
“Film tersebut memiliki ide yang bagus dan berani mengambil risiko dengan jalan mengambil gambar secara tidak terputus,” katanya.
1 comment:
ini adalah salah satu cara kreatif untuk memperkenalkan dan melestarikan pencak silat di tingkat internasional.
Post a Comment