BERBAKTILAH ENGKAU KEPADA SESAMA INSAN
" Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan " Kunjungi Website kami di: www.silat-beksi.com

10 May 2010

Silat Ji'i dari Betawi


 Silat Ji'i dari Jakarta Utara
Sebagai warga asli Jakarta, masyarakat Betawi menyimpan segudang tradisi dan kesenian yang memakau. Seni beladiri misalnya. Dari sederet seni beladiri yang dikenal, seperti Beksi dan Cingkrik, ternyata masih terdapat satu seni beladiri yang tak kalah dahsyatnya, yakni silat Ji`it. Konon, seni beladiri diri ini telah berkembang ratusan tahun di Cakung, Jakarta Timur.

Meski tidak diketahui secara gamblang siapa penciptanya, namun seni beladiri ini menjadi keterampilan beladiri andalan para jawara Cakung. Untuk bisa mempelajari seni beladiri ini, setiap calon pesilat wajib melakukan sedekah atau sejenis selamatan sederhana. Uniknya, jamuan selamatan harus memuat tiga macam hidangan, termasuk yang harus dimakan calon pesilat, yakni nasi ketan, ikan capung, dan telor.

Tiga makanan ini mengandung unsur magis saat pesilat mencapai tataran/tingkatan tertinggi. Nasi ketan diyakini mampu menyedot gerakan lawan, ikan capung membantu kelincahan gerak, dan telor untuk memurnikan hati agar energi tubuh/tenaga dalam tergali dengan baik. Jika rangkaian jurus dan tenaga dalam sudah dikuasai, maka ilmu beladiri pesilat akan disempurnakan dengan tenik memainkan golok khas Cakung.

"Kalau belum menguasai seluruh jurus Ji`it, pesilat belum boleh menggunakan golok Cakung. Jadi kalau ada yang sudah bisa memainkan golok Cakung berarti sudah menguasai silat Ji`it," ungkap KH Lutfi Hakim el-Muhir, Tokoh Masyarakat Cakung, yang juga Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR).

Dia mengungkapkan, setidaknya ada 13 jurus dasar dalam silat Ji`it, mulai dari pukulan, tendangan hingga melumpuhkan lawan. Silat ini juga tergolong agak sulit dipelajari. Sebab, setiap teknik pukulan maupun tendangan bersifat pendek dan cepat. Bahkan, seluruh gerakan tidak ada gerakan mundur. "Seluruhnya maju. Pukulan-pukulan juga harus `lengket` (pendek dan cepat). Belum lagi, kalau sudah pake golok harus benar-benar pas," ujar KH Lutfi Hakim el-Muhir kepada beritajakarta.com, Kamis (15/10).

Golok Cakung merupakan senjata pamungkas dalam seni beladiri ini. Sebab, teknik menggunakan golok Cakung memerlukan ketekunan dan keikhlasan. Mengingat golok Cakung punya makna dan nilai sejarah tersendiri. Konon, golok Cakung diciptakan pertama kali oleh seorang empu. Sang empu tersebut hanya mengapit besi diketiak dan jadilah golok. Sehingga, golok Cakung memiliki ciri khas sedikit bengkok/tidak lurus. Sedangkan ciri lainnya, ujungnya meruncing ke arah bawah, tidak ke atas laiknya golok pada umumnya. Sedangkan panjangnya sekitar 30-35 sentimeter.

KH Lufti mengungkapkan, saat ini tidak banyak warga Betawi Cakung yang mengusai silat tersebut. Sebab, untuk sampai tingkat tertingi cukup sulit. "Jadi kalau ada orang yang sudah menyimpang secara khusus golok Cakung pasti dia sudah menguasai Silat Ji`it. Saat ini paling 50 orang yang menguasai secara sempurna," kata Ketum FBR itu.

Karenanya, melalui FBR, KH Lutfi Hakim el-Muhir bertekad akan melestarikan silat warisan nenek-moyang ini. Apalagi, menurut cerita warga setempat, silat Ji`it pernah dipakai warga Cakung melawan agresi militer Belanda saat terjadi perang di Karawang hingga Bekasi, dan perlawanan itu berhasil. "Silat ini umurnya sudah ratusan tahun. Saat perang kemerdekaan juga dipakai warga untuk melawan penjajah. Karena itu, melalui anggota kita terus sosialisasikan dan mencari penerus-penerus silat ini agar tidak punah," tukasnya.
Sumber Berita: Berita Jakarta

No comments: