BERBAKTILAH ENGKAU KEPADA SESAMA INSAN
" Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan " Kunjungi Website kami di: www.silat-beksi.com

17 October 2006

Sisi Lain

From: silatbogor@yahoogro ups.com
[mailto: silatbogor@yahoogro ups.com ]
On Behalf Of aryanav k. purnama
Sent: 13 Oktober 2006 16:04To: milis silat bogor
Subject: [silatbogor]
liputan silat di progran sisi lain transtv
setelah melobi beberapa produser utk menayangkan pencak silat di programnya, akhirnya program sisi lain bersedia untuk meliput silat dan sisi-sisi lainya. acara peliputan akan dimulai setelah libur lebaran, jadi sekitar tgl 28 okt. sedangkan tanggal penayangannya di tgl 15 nov 06 jam 13.30 wib.

untuk materinya sebagai berikut:
  1. segmen pertama akan diisi dg silat di berbagai umur.
  2. segmen kedua akan diisi dg silat pengobatan dan tenaga dalam.
  3. segmen ketiga akan diisi dg silat lidah.
nah untuk di silat di berbagai umur rencananya kan mengambil murid bang ijul sabeni yg berumur 60th lebih(profil orang tua), cucunya babe zakaria mustika kwitang(profil anak2) dan untuk profil gadis abg yg blajar silat blm ketemu?

untuk pengobatan silat nampon dan untuk tenaga dalam ps. sin lam ba.

gimana teman2, ada masukan?

tq
ARYANAV KARIM PURNAMADivisi Pemberitaan - TransTVGedung TransTV, Lt.3Jalan Tendean, Kavling 12-14 A, Jakarta 12790Telp. +62-21-79177000 psw. 4016 Hp. +62-815-1881861 Fax. +62-21-79184558

Gulat Yukk

DJARUM SUPER GRAPPLING CHAMPIONSHIP 2006
Sabtu, 9 Desember 2006Di Hall Gulat (Pintu 5),
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta

PusatPendaftaran/Penimbangan: 8:00 WIB Rapat Peraturan: 10:00 WIBPertandingan: 11:00 WIBFederasi Grappling Indonesian (FGI) hendak menyampaikan undangan kepada semua partisipan seni bela diri untuk menghadiri Djarum Super Grappling Championship pada 9 Desember 2006 di Senayan, Jakarta Pusat. Kejuaraan ini merupakan suatu kesempatan yang sangat baik bagi para siswa/siswi seni bela diri di Asia Tenggara, termasuk Judo, Gulat, Jiu-Jitsu, Sambo, Aikido, Hapkido, Jeet Kun Do, Tai-Chi, Karate, Pentjak Silat, Kung Fu dan berbagai seni bela diri lainnya untuk bergabung dan berkompetisi dan saling bertukar teknik-teknik dalam suasana yang bersahabat dan kompetitif. Semua gaya bela diri akan diterima untu bergabung dalam kompetisi ini. Peraturan kompetisi telah dibuat sedemikian rupa merangsang aksi-aksi cepat dan pelumpuhan. Namun sebaiknya janganlah berpihak terhadap suatu gaya tertentu karena angka-angka akan diberikan bila dapat melakukan posisi-posisi dan teknik-teknik dari berbagai seni bela diri yang telah disebutkan sebelumnya. Submission grappling adalah seni bela diri yang berkembang paling pesat didunia dan misi kami adalah untuk mengembangkan dan mensosialisasikannya di Indonesia. Olah raga ini sangat kompetitif dengan menampilkan atlit-atlit yang mendemonstrasikan teknik-teknik, kemampuan dan kondisi fisik dan psikologis, dengan tujuan melumpuhkan lawan tanpa menggunakan tinju, tendangan atau berbagai bentuk aksi pukulan. Gerakan-gerakan yang sah adalah gerakan yang dapat membawa lawan ke lantai, dan menetralisasi, melumpuhkannya, dan mencekiknya atau memberikan tekanan pada bagian-bagian tubuh yang dapat dipuntir. Kompetisi adalah garis besar dari olah raga ini dan merupakan aspek yang paling penting bagi mereka yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat didalamnya. Namun, kemenangan tidak akan diberikan begitu saja; pertandingan yang sportif selalu menjadi petunjuk utamanya. Dengan demikian, ada beberapa gerakan yang tidak diperbolehkan seperti menggigit, menjambak, mencolok mata lawan, mulut atau hidung, memukul area vital lawan, memuntir jari dan gerakan lain yang dapat mendapatkan keuntungan yang tidak adil dengan menggunakan tinju, kaki, siku ataupun kepala. Perilaku etis adalah hal yang memberikan kredibilitas dan keamanan bagi olah raga, dan merupakan hal yang tidak dapat dihilangkan dari olah raga apapun. Melalui standar perilaku yang tinggi, olah raga ini telah mencapai tingkatan spektakuler didunia. Dengan demikian, karena submission grappling suatu hari akan menjadi bagian dari pertunjukan olah raga yang paling hebat didunia, yaitu olimpiade, kami perlu mempromosikan submission wrestling sebagai suatu olah raga di Indonesia pada saat ini. Dengan berbagai pemikiran ini, kami berharap Anda akan mendukung Djarum Super Grappling Championship pada 9 Desember 2006 di Hall Gulat, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat. Biayanya adalah Rp.50,000 buat peserta dan gratis buat penonton. Buat peserta, harap mendaftar dan kirim komfirmasi kehadiran anda dengan formulir aplikasi terlampir melalui email atau fax sebelum tanggal 9 November 2006. Peraturan dan regulasi pertandingan ada didalam attachment.Bila Anda mempunyai pertanyaan, harap menghubungi FGI di alamat Email:
Tel. +62.856.1808804, Fax. +6221.7691115.Dengan hormat.
Terima kasih,Federasi Grappling IndonesianDSGC -

12 October 2006

Cimande

CIMANDE

Guru Mas Don
Kali ini DUEL menyajikan pembahasan yang intinya menjelaskan betapa dihargainya pencak silat oleh bangsa lain, dan agar diketahui juga bahwa sebenarnya pencak silat Indonesia sudah lama dipelajari di luar negeri. Selain dianggap sangat rahasia, ilmu beladiri dari Indonesia tersebut dijadikan beladiri yang eksklusif. Guru Mas Don adalah seorang praktisi beladiri dari Murrysville, Pennsylvania, Amerika Serikat yang telah menekuni seni beladiri pencak silat (poekoelan pentjak silat Cimande) dari Indonesia selama 25 tahun. Ia mengkhususkan diri pada aspek pertarungan (combat) dan membedakan jenis praktisi pencak silat umum (pesilat) dengan pendekar yang khusus memahirkan aspek pertarungan atau disebut petarung (pukulan Cimande’s practitioners/combatan).

Salah satu filosofi yang dipaparkan oleh Guru Mas Don adalah sebagai berikut: "Pencak Silat sebenarnya memiliki jatidiri sebagai sistem pertarungan yang handal. Namun kebanyakan orang belum mendapat kesempatan untuk membandingkan dan mempelajarinya dengan seksama. Jika kita mempelajari beladiri apapun, asal dilakukan dengan tekun dalam jangka waktu tertentu dan berhasil mencapai pemahaman sampai tingkat yang maksimal, bagaimanapun kemahiran kita dipraktekkan hasilnya akan sangat ampuh. Pada situasi yang sangat mendesak, seorang pendekar atau petarung pencak silat pukulan Cimande tidak peduli apakah ia akan tewas secara terhormat atau tidak; toh semua orang akan meninggal dunia pada akhirnya. Perbedaannya, seorang pendekar sejati akan menyongsong kematian tanpa rasa takut"
Keunikan aliran pencak silat Cimande terletak pada kemampuannya menggabungkan teknik keras (hard) dan halus (soft) yang diberlakukan pada berbagai aspek pertarungan sebenarnya. Jadi, pukulan Cimande (Guru Mas Don mengistilahkan dengan ‘poekoelan’ saja) sangat ampuh saat bertahan serta berbahaya sekali jika dipakai untuk menyerang.
Dalam proses pemahiran serang bela yang dilaksanakan, seorang petarung tidak hanya menangkis dan membalas serangan yang datang, namun melakukan serangan cepat, kuat dan bahkan kalau dilihat dari kaca mata kita (orang Amerika, red) dianggap sangat brutal dan tidak memberi ampun atau rasa kasihan. Seorang petarung pukulan Cimande, sesuai dengan sumpahnya, tidak akan pernah menyerang lebih dahulu, apalagi bertindak semena-mena Tetapi jika diserang, ia akan segera melancarkan runtunan gerakan bertubi-tubi serta melakukan jurus apa saja yang dirasakan perlu untuk keselamatan dirinya. Seorang pendekar dan petarung pencak silat Cimande mampu menggunakan segenap anggota badannya sebagai senjata ampuh, seperti menggedor, memukul, menendang, mengunci, bahkan bergumul di bawah. Begitulah kurang lebih konsep yang bisa dikemukakan tentang seorang pendekar pencak silat sejati. Dia tidak akan mau menyerang lebih dahulu, tetapi jika terdesak ia akan mengerahkan segenap keahliannya untuk tetap selamat (survive). Satu hal lagi yang patut dicatat adalah bahwa seorang petarung hanya boleh menggunakan ilmunya jika ada maksud dan tujuan yang benar-benar bermanfaat. Hal ini sangat penting diingat karena ia merupakan suatu ancaman besar bagi orang lain. Selain itu ia memiliki kemampuan di atas rata-rata dan menyimpan semangat tak kenal takut sekalipun harus kehilangan nyawa.
Mendahului Serangan
Secara sederhana konsep mendahului serangan sama seperti jika kita menyerang sebuah serangan. Filosofi di balik konsep tadi adalah kita harus mengetahui benar jalan pikiran si penyerang, dan tidak perlu merasa takut. Jika pada beladiri lain, latihan yag diajarkan kepada para muridnya rata-rata hampir sama. Latihan pukul, tendang, bertahan, sparring dan drill kata atau pyung. Akan halnya pukulan pencak silat Cimande, bertitik berat pada mempelajari perilaku manusia. Dengan mengenal perilaku dan kebiasaan manusia, para murid saya akan percaya bahwa apa yang dilakukan orang timbul dari pikiran bawah sadar.
Membaca Lawan, Jangan Kita Dibaca
Pengalaman masa lalu yang terjadi pada seseorang akan tersimpan dalam memori, untuk seterusnya dibawa ke alam bawah sadar. Jika pengalaman itu sengaja direncanakan dalam kurun waktu tertentu, maka orang tersebut telah memprogramkan diri untuk berbuat sesuatu hal berdasarkan naluri. Jika pengalaman tersebut dibentuk dan diprogramkan tak henti-henti selama kurun waktu yang lama dan terlatih baik, maka otak bawah sadar kita akan membentuk suatu ingatan akan gerakan dan jurus-jurus yang pernah diketahui. Body memori ini akan mengeluarkan rangkaian perintah kepada anggota badan kita menjadi gerakan motorik. Selanjutnya para petarung pukulan Cimande akan dibiasakan untuk bergerak alamiah, tak terduga, dan dengan pola yang belum pernah dibayangkan orang lain sebelumnya. Hal ini sangat penting diperhatikan, sebab jika gerakan kita bisa ditebak lawan maka kita dalam bahaya besar.

Tanpa Tangkisan tapi Agresif
Sistem pukulan Cimande tidak mengenal tangkisan, karena dengan menangkis akan menumbuhkan rasa takut. Misalnya, ketika seseorang melancarkan serangan pukul dan tendang biasanya diakhiri dengan sikap pasang atau kuda-kuda bertahan yang kokoh. Saat itu sudah ada unsur takut yang menyelimuti. Bukan maksudnya si penye-rang tadi ketakutan, tetapi ia menjadi ekstra waspada karena tidak ingin diserang atau kena pukulan lawan. Pada momentum ini terjadi vakum beberapa saat, karena biasa-nya jika sudah menyerang, seseorang ber-siap untuk menahan balasan lawan. Sudah diantisipasi akan terjadi benturan tenaga atau serangan yang sangat kuat. Jika lawan lebih besar badan dan tenaganya, kita bersiap merasakan benturan dan sekaligus rasa sakit yang timbul. Resiko cedera harus sudah disadari sepenuhnya. Situasi tersebut akan menambah rasa takut karena kita sudah merasakan contoh-contoh benturan dan rasa sakit yang ditimbulkan si penyerang tadi sebelumnya.
Dalam cara bertarung yang diajarkan, sistem pukulan Cimande melakukan dua hal sekaligus, menyerang serangan lawan dengan menyentuh lawan dan sekaligus menyerang di saat bersamaan. Serangan yang datang tidak perlu ditahan, tapi cukup dibelokkan arahnya atau pukul saja sekuat-kuatnya anggota badan yang menyerang tersebut. Tidak usah banyak buang tenaga percuma. Cara ini hanya bisa dilakukan bila kita mempunyai mental kuat dan tidak takut kepada serangan seperti apapun. Malahan, jika seseorang menyerang kita sedikit merasa lega, karena orang tersebut sudah terjebak dalam lingkaran momen gaya yang dibuatnya sendiri. Tinggal ditunggu saatnya kapan ia lengah atau mengganti arah badan atau pukulan, kita sudah siap menunggu dengan berbagai kombinasi teknik yang segera meredam lawan tersebut. Dalam pertarungan jarak dekatpun tidak akan menemukan banyak kesulitan, karena jika lawan berada dalam jangkauan seorang petarung pukulan Cimande akan segera menjatuhkannya ke bawah dengan teknik bergumul di lantai.

Bravo IPSI Pontianak

Sabtu, 30 September 2006 pontianak Post:
IPSI Kota Pontianak Dihadiahi Padepokan

Pontianak,- IPSI Kota Pontianak mengaku berbangga. Prestasi yang ditorehkan pesilat-pesilat Kota Pontianak dalam berbagai event membuat pemerintah menghadiahi dengan sebuah padepokan pencak silat. Bahkan dalam waktu dekat segera terwujud. "Saya merasa bangga atas hadiah pembangunan padepokan IPSI Kota Pontianak. Dan itu mesti disyukuri karena kepedulian Pemkot sangat tinggi terhadap perkembangan pencak silat," ungkap ketua Pengcab IPSI Kota Pontianak H.Gst.Hersan Aslirosa, SE kepada Pontianak Post, belum lama ini. Hersan mengungkapkan, hadiah yang diberikan Pemkot Pontianak mesti disyukuri karena penghargaan itu merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat. Apalagi Pemprov juga menghargai hal yang sama terhadap IPSI Kalbar. "Saya yakin dengan dua penghargaan itu akan meningkatkan prestasi pesilat Kalbar. Padepokan tersebut akan mampu menjadi pusat pembinaan pencak silat Kalbar sehingga bisa disegani di kancah nasional dan internasional," ujarnya. Menurut Hersan, saat ini pihaknya sedang menyiapkan penancapan tiang pertama pembangunan padepokan pencak silat. Lokasinya juga sangat strategis dalam wilayah Kota Pontianak. Padepokan itu nantinya juga multifungsi, bisa juga diperuntukkan kegiatan lainnya. "Dari padepokan pencak silat ini nanti kita upayakan bisa berguna bagi para pemakainya. Tak saja gedung tersebut dipakai untuk latihan atlet, tetapi juga bisa digunakan untuk sarana penyewaan seperti perkawinan, pengadaan acara dengan lain-lain. Di sinilah kita berusaha memberdayakannya menjadi yang terbaik sesuai harapan bersama," ucapnya. Silat Nasional Pada kesempatan itu, Hersan berkeinginan lebih jauh tentang prestasi silat daerah ini. Dengan berdirinya padepokan pencak silat diharapkan Kota Pontianak bisa menjadi basis kekuatan pencak silat nasional. "Kita mesti menyadari betul bahwa pencak silat merupakan olahraga dari leluhur kita. Karena itulah, prestasinya harus kita bangun lagi. Bahkan bila perlu Kota Pontianak menjadi pusat kegiatan pencak silat nasional," tegasnya. Untuk mewujudkan itu, papar Hersan, banyak langkah yang harus dilakukan di antaranya memasyarakat pencak silat hingga ke tingkat usia dini. "Kita sudah mengakomodir silat remaja dan pelajar, karena itu sampai ke tingkat anak-anak pun harus kita mantapkan," janjinya. (den)

Profil Pesilat IPSI

PROFIL PESILAT

Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB.IPSI) sudah banyak menelorkan pencak silat berprestasi termasuk menjadi juara dunia. Namun nama Abas Akbar tentu cukup fenomenal.Rendah hati dan selalu mengoreksi diri sudah menjadi cermin hidup seorang Abas. Pesilat kelahiran Jakarta 6 Nopember 1973 dari pasangan Dja’far Hattamarasjid (ayah) dan Marice (ibu) ini dalam setiap bertanding selalu mengutamakan kejujuran dan sportivitas. Kemenangan dan menjadi juara adalah sesuatu hal yang tak begitu penting. Buat apa meraih sebuah kemenangan dengan cara-cara tidak jujur atau jauh dari sportivitas. Artinya kita harus menang tanpa lawan merasa disakiti. ‘’Prinsipnya, lawan jusru harus dibuat tunduk secara terhormat dan bukan penasaran karena kalah atas kecurangan,”katanya. Dalam setiap bertanding pun Abas senantiasa ingin tampil bagus sehingga wasit dan juri akan simpatik dan penonton juga turut simpatik. Caranya dengan hanya satu main sportif dibarengi teknik tinggi. Bahkan saat menang pun, Abas selalu introspeksi diri. Karena dia tak ingin menang sementara lawan protes dan penonton pun tak puas. Introspeksi atau koreksi diri itu penting apakah kemenangan itu meragukan atau untung-untungan. Kemenangan demi kemenangan yang kita capai sampai akhirnya menjadi juara sesungguhnya menjadi alat atau media untuk mengukur sejauhmana kita sudah menguasai latihan. Sebab, kerap kali antara hasil latihan dengan hasil akhir dalam suatu pertandingan tak sama. Melalui koreksi itu pula Abas akan segera mengetahui kesalahannya sehingga pada arena berikut tampil lebih baik lagi. “Pokoknya setiap kemenangan bagi saya untuk mengoreksi diri saya. Sedangkan arti kekalahan bagi saya justru sebagai motivasi untuk memacu diri agar lebih berlatih dan memperbaiki kekurangan,” katanya. Mengenal olahraga silat sejak duduk di bangku SD kelas 4 tahun 1983. Saat itu Abas sudah serius berlatih. Awalnya dulu di sekolah Abas dikenal suka berkelahi dan bandel. Orang tuanya justru menyuruh untuk bergabung berlatih silat. Dua tahun berlatih, Abas yang di lingkungan keluarganya dijuluki pendekar lincah ini langsung meraih prestasi. Pada Tahun 1985, tatkala Abas berusia 11 tahun sudah berpredikat juara nasional junior di Bali. Abas kemudian menceritakan memilih silat karena senang melihat latihan bela diri.Selain itu Pencak Silat mengajarkan ketaqwaan, kejernihan berpikir, mental dan mempertebal iman. Sebab pencak Silat umumnya membimbing insan ke jalan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan akhlak yang baik, kita dapat menjaga diri dengan baik pula. Abas beranggapan bahwa dengan Pencak Silat, selain berolahraga juga mengisi rohani dan keagamaan. Pencak Silat menurut Abas memiliki teknik yang lengkap. Mulai dari bantingan hingga tendangan ada pada pencak silat. Oleh karenanya, sejak total menggeluti cabang ini, Abas berjanji pada diri sendiri bahwa Pencak Silat itu adalah bagian dari kehidupannya. ‘’Kalau bisa terus berprestasi, saya tentu menggeluti dunia silat sampai seumur hidup ini.Karena itu saya berusaha menjaga kondisi secara maksimal,”papar karyawan Bank Sumsel ini. Abas juga tak melupakan jasa kedua orang tuanya khususnya ayahnya. Ayahnya Dja’far paling berjasa dalam karir dan prestasinya selama ini. Dan dari seabrek prestasi yang telah direbutnya selama ini, Kejuaraan dunia tahun 1994, merupakan kejuaraan yang paling berkesan .Sebab pada saat itu di final kelas 55-60 kilogram, Abas bertemu dengan pesilat tuan rumah yang juga merupakan juara Thaiboxing, Apichat Sudamar dari Thailand. Pertandingan itu disaksikan Prabowo Subianto yang kini Ketua Umum PB. IPSI serta sejumlah petinggi Thailand lainnya. Abas mengetahui kalau olahraga Thaiboxing itu merupakan olahraga keras yang dapat menghancurkan kaki dan muka. Namun Abas tidak gentar sedikitpun.Walaupun dengan muka berdarah dan kaki serasa hancur, Abas dapat memenangkan partai final itu. Ternyata silat dapat mengalahkan olahraga tradisional Thailand. Faktor penting dalam menghadapi pertandingan yaitu persiapan diri, termasuk pakaian harus bersih .Ibarat Prajurit, segala keperluan harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Abas tak lupa memohon lindungan Tuhan. ‘’Dengan Penampilan baik, seperti rambut, pakaian bersih akan menambah percaya diri dan keyakinan,” tutur Abas.)

http://www.koni.

Pandeka Mihar


PMG=SENTAK ini didirikan untuk menjawab, mempelajari sekaligus meneliti dan mempraktekkan pertanyaan pertanyaan dan usulan dari kelompok-kelompok ataupun golongan-golongan manusia yang mencintai dan tertarik budaya luhur yang bernilai tinggi dari " nenek moyang rang Minang". PMG=Sentak didirikan pada hari Senin pagi jam 07.07 Wib.Tanggal 27 Oktober 1986 di Bukittinggi Sumatera Barat, oleh Pandeka Mihar Walk Pangeran. Pandeka Mihar dilahirkan pada tahun 1961 di Padang Sumatera Barat. Ibu beliau H.Syamsinar Isa (dari Kamang Mudiak. Kab.Agam). Bapak beliau Zabir Tuanku Rajo (dari Kurai Bukittinggi). Pandeka Mihar sejak tahun 1989 mengembangkan PMG=SENTAK di Europe yang berpusatkan di Vienna, Austria. Perkembangan latihan di Europe sangat pesat. Sekali dalam satu tahun beberapa orang Anak sasian/murid - murid, pelatih dan kerapatan Pendekar dan Pandeka mengadakan "mandabiah ayam" (mandarahi galanggang) ke tanah leluhur Minang Kabau.
Silek-Galuik-Pandeka.Nan mudo basintak naiak, nan tuo basintak turun.basilek dipangka pisau,bagaluik diujuang karih
Sudah kebiasan (adaik) dari rang Minang mempelajari dan memberikan yang dipelajarinya kepada orang yang membutuhkannya (Anak sasian). Bermacam ragam Silek yang ada diranah Minang apalagi sejak tahun 1948 adanya Ikatan Pentjak silat Seluruh Indonesia yang disingkat IPSSI. Pada tahun 1950 melakukan perubahan nama menjadi Ikatan Pentjak Silat Indonesia (IPSI).Setelah ejaan Indonesia disempurnakan (mulai 17 Agustus 1972) tulisan Pentjak menjadi Pencak.Tetapi tidak semua Silek atau Galuik menjadi anggota wadah yang disebut diatas, karena banyak Sasaran (nama tempat berlatih memperdalam ilmu bela diri, seni dan mempelajari adat dalam Baso Minang) yang tidak mempunyai anggota tetap, mereka tidak mau gerakannya dilihat orang (jauah dari galanggang mato rang banyak ). Bukan takut dicuri gerakannya, tapi disitulah keampuhan Galuik/Silek rang minang, Garik rasio (Gerak rahasia), semakin rahasia garakan silek tersebut, semakin berbahaya hasilnya (makanannya). Di Minang kabau Gerak berarti Garik,Garak berarti Naluri.(tau digarak jo garik, tau diangin nan bakisa). Karena sangat berbahayanya Galuik atau Silek ini. Pandeka(Panggilan penghormatan terhadap guru beladiri Minang Kabau) harus pandai mengobati Anak sasian (Panggilan penghormatan kepada murid yang belajar beladiri Minang Kabau). kalau terjadi kecelakaan dalam melakukan latihan, jadi banyak Pandeka adalah dukun pengobatan dan juga memberikan pandangan hidup kepada Anak sasian.
Beberapa ahli sejarah mencoba meneliti pengertian kata Pandeka, beberapa dari mereka itu menyatakan kata Pandeka berasal dari bahasa sangskerta yang kira kira Andhika yang berarti orang pandai yang di teladani, dalam baso (bahasa) Minang berarti pandai aka , yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah orang mempunyai kelebihan dalam mengelola hidup, orang yang mempunyai ilmu filsafat yang tinggi yang dia pelajari dari alam dan lingkungan sekitarnya.
Bertolak dari hal tersebut diatas, maka Silek/galuik mempunyai nama-nama dari alam sekitarnya, seperti nama-binatang yang perkasa dan keahliannya untuk mempertahankan kehidupannya, dari musuh-musuhnya dan tantangan alam sekitarnya: Kuciang Bagaluk, Harimau Bagaluik, Galuik Harimau Tingkih, Silek Buayo lalok, Silek Katapiak Balam balago, Silek Alang Ponggongan, Silek arak kabau gadang, Silek Gajah badorong. Dilihat dari Waktu/masa berdirinya(ditemukannya): Silek tuo, Silek baru,Silek lamo. Dilihat dari Jenis kelamin: Silek....... Nan jantan, Silek........ nan Batino. Dilihat dari Kedudukan dalam Kerajaan Minangkabau: Silek Dubalang (Hulu Balang), Silek Pangeran, Silek Rajo, Silek Istano. Dilihat dari nama Penemu atau orang-orang yang terkenal: Silek Tuanku nan Rentjeh, Silek Malin Marajo, Silek Pakiah rabun, Silek Pandeka Uma, Silek Siku Mak Raih. Dilihat dari dari tempat/alam Silek itu ditemukan: Silek Sunua, Silek Pauah, Silek Lintau, Silek Kamang Tuo, Silek Minang, Silek Koto Anau, Silek Pasia, Silek Sungai Patai, Silek Sungai Pagu, Silek Batumandi. Dilihat dari keadaan Alam: Silek Gadang, Silek Pasia, Silek Gunuang, Silek Batu Biaro, Silek Rimbo Tingkalak. Dilihat dari keampuhan Gerakannyanya: Starlak, Kumango, Sentak Tuo,Gayuang salacuik, Luncua.Dilihat dari Tumbuh-tumbuhan: Silek Sawi, Silek Ulu kayu, Silek Talang, Silek Baringin sati, Silek Batuang sarauik. Dilihat dari makanan yang ada di Minangkabau: Silek Puluik, Silek Gulo-gulo tare. Begitu Juga nama-nama gerakan, para Nenek moyang rang Minangkabau memberikan nama nama dari lingkungan sekitarnya : Alu pontong, sandang sate, geleang baruak, sisiak, Simpia, aua tapi tabiang, ampang, rumah gadang, lumbuang gadang ndak badindiang mancik sikua ndak lalu, tapiak, kungkuang, kabek, tangkok, dongkak, papek, runciang, semba, kalatiak, dst. Melalui latihan-latihan dimalam buta, disadari atau tanpa disadari oleh Anak sasian , dia dilatih dekat dengan alam atau ditingkat tingginya mereka menyatu dengan lingkungannya, sekaligus mempertajam nalurinya. Melalui beberapa ujian langsung ataupun secara tidak langsung, anak sasian menjadi......................
PMG=SENTAK
Bajalan siganjua lalai,alu tataruang patah tigo,samuik tapijak indak mati.
PMG=SENTAK adalah Institut atau lembaga dalam mengembangkan dan penelitian dalam ilmu seni beladiri ,tari dan filsafat Minangkabau.Pengembangan latihan dalam PMG=Sentak sedemikian rupa mengambil cara - cara zaman dahulu kala dan yang terkini tanpa meninggalkan akar dari kebudayaan dimana dia berasalkan. Gerakan di dalam PMG=SENTAK mempunyai tanda diantara lemah gemulai,pelan,terarah,dan dengan kecepatan tinggi (Sentakan) dari tenaga yang bepusat dipertengahan tubuh(Basi Kursani). Gerakan ini dipergunakan dalam tangan kosong atau pun dalam gerakan bersenjata. Sopan santun (adaik) dalam PMG=SENTAK mempunyai nilai yang tertinggi, Penyelesaian persoalan dengan perkelahian tidak dibolehkan. Lima segi (aspek) dalam PMG=SENTAK yang berbeda tujuannya tetapi berkaitan satu sama lainnya :
1.Memperkuat tubuh dari serangan penyakit dari dalam tubuh melalui gerakan yang terarah dan pernapasan.(mampasalisihan angok)
2.Beladiri dari serangan luar melalui ketepatan dan kecepatan gerakan belaan dan serangan ,yang diarahkan ditujukan mempergunakan tenaga lawan . Tangan kosong ataupun bersenjata.
3.Mempelajari ilmu tubuh ,untuk mengetahui kelemahan lawan dan secara langsung untuk pertolongan kepada orang orang yang membutuhkan pengobatan.
4.Menemukan keahlian sendiri dalam mengolah tubuh melalui gerakan-gerakan tari ,bungo,sabung bebas yang diiringi oleh musik tradisi minang (Aluang Bunian).
5.Rahasia/ Pitaruah.
Latihan inti PMG=SENTAK:
pasah jalan dek batampuah - apa kaji dek baulang
Garik mulo : Dasar gerak dari PMG=SENTAK
Tari Jo bungo: Langkah dan kembangan. Gerakan yang telah disusun sedemikian rupa yang mempunyai tujuan pengembangan gerak, naluri, rasa, ketepatan, kecepatan, kekuatan, kemantapan, pernapasan dan keindahan.
Permainan sabuang: Tatacara yang telah diatur untuk perkelahian dasar.
Sabuang: Latihan Perkelahian bebas yang menghasilkan rasa kebebasan/percaya diri tanpa merusak kepada lawan
Sinjato: Senjata yang dipergunakan dalam latihan,Kurambik,sabik,pisau sirauik,kuku alang,Sewah,ladiang,tungkek,kipeh,deta, dst.
Aluang Bunian: Bunyi -bunyian tradisional Ranah Minangkabau
Ilmu urut: Urut tulang, urat, kulit, rasa, buka, tutup jalan darah
Pernapasan: Secara langsung atau tidak langsung dalam latihan diajarkan bagai mana menghidupkan basikursani.
Adaik: Adalah sopan santun dalam latihan dan dengan alam lingkungannya.
Raso jo Pareso : Latihan perasaan dalam mengolah tubuh dilanjutkan dengan mengolah jiwa dan pengolahan tubuh, dan dalam masa yang ditentukan memeriksa gerakan sendiri dan tingkah laku tanpa membutuhkan bantuan secara langsung dari pihak(Orang) lain
Maurak balabaik jo Pitunggua: Langkah dalam menghindar, menyerang dan memindahkan tubuh yang mempunyai keindahan dan rasa seni yang tinggi
Kabek jo kunci: Cara kuncian yang mempergunakan sedikit tenaga menghasilkan hasil yang sempurna
Tari Sewah: Tarian yang dilakukan oleh sepasang atau lebih, menggunakan pisau (Sewah, Kuku Alang)
Induak - Induak jo Pacahan: Jurus Galuik/Silek minang dan pecahan
Rahasia nan sabana rasio: nan saganggam barikan nan sapinciak andokan (nan babungkuih jo kain kunyiang/panaruhan - pitaruah)

Kendala Pencak Silat

Oleh: O'ong Maryono

Saat ini penyebaran pencak silat sudah menunjuk angka mencapai 29 negara di seluruh dunia. Berkat jerih payah perguruan-perguruan bersama-sama IPSI dengan disokong media cetak dan elektronik dalam usaha penyebaran informasi pencak silat dapat mendunia. Sepatutnya kita acungkan jempol. Banyaknya perguruan pencak silat dapat mengembangkan sayap dengan membuka cabang perguruan di mancanegara dan membuat masyarakat awam terkagum-kagum. Kini budaya peninggalan nenek moyang kita sudah go international. Perasaan bangga menyelimuti seluruh anggota perguruan dan menjadi motivasi dalam berlatih. Indikasi 'kepongahan' perguruan ini, terwujud pula dalam pengakuannya memiliki banyak anggota dan cabang yang tersebar di mancanegara. Ungkapan ini nampak di setiap untaian kata yang dituliskan atau diucapakan dalam media massa.
Namun jika diamati secara cermat kemampuan teknik pesilat dari mancanegara di beberapa pertandingan pencak silat olahraga dan seni beladiri pada peringkat sukan dunia, tampak tidak merata. Kualitas pesilat yang bertanding pada Kejuaraan Pencak Silat Dunia terkesan rendah dan kurang pantas untuk peringkat internasional. Tim Indonesia pun selalu mengirimkan pesilat peringkat nasional lapis kedua, sedangkan lapis pertama diprioritaskan untuk pesta olahraga umum seperti SEA GAMES. Fenomena kesenjangan teknik ini yang sudah terjadi cukup lama di kalangan pencak silat dunia sangat menarik untuk diketahui dan dianalisa lebih lanjut. Bila kita memperhatikan perguruan-perguruan modern yang berfaham liberal-rasional, ternyata bahwa mereka sangat terbuka untuk pesilat asing. Atas dorongan rasa bangga, ingin mendapat pujian, sanjungan, perguruan-perguruan modern pergi mengajar ke luar negeri atau sebaliknya mengangkat orang asing yang sedang berkunjung keperguruan untuk melihat-lihat menjadi murid.
Lontaran tawaran oleh perguruan dengan kesanggupannya akan memeberikan pelatihan untuk orang asing tidak disisa-siakan. Cukup membekali pesilat asing dengan teknik-teknik dasar yang sederhana dan berlatih dalam kurun waktu sangat singkat, perguruan-perguruan mengangkat dan memberikan diploma sebagai pelatih di negerinya. Tindakan perguruan seperti ini tidak menutup kemungkinan, akan menghasilkan pelatih yang berkualitas rendah. Pengangkatan sebagai wakil perguruan dengan tidak dibekali pengetahuan pencak silat seutuhnya dan tidak ditindak lanjuti dengan pengembangan kemampuan diri, niscaya pelatih asing ini akan menghasilkan pesilat yang tidak seperti kita inginkan.Sedangkan perguruan-perguruan yang bersifat tradionalpun tidak dapat membantu menyelesaikan masalah, bahkan sering memperumit dan menjadi penghambat perkembangan pencak silat.
Perguruan-perguruan pencak silat tradisional dalam tanda kutip tidak memiliki organisasi, sampai saat ini masih dengan setia mempertahankan keaslian pencak silat. Keutuhan kegiatan ritual yang berhubungan dengan agama ataupun budaya, hierarki dan prinsip senioritas masih sangat dominan dan tetap dipertahankan. Biasanya perguruan seperti ini tidak melakukan kegiatan promosi ke luar negeri. Namun sering dicari oleh orang asing karena dianggap perguruaan yang masih kokoh mempertahankan tradisi 'asli' pencak silat. Nama kelompok perguruan semacam ini di mancanegara dikenal masyarakat, tak ubahnya seperti perguruan modern lainnya.Untuk kelompok tradisional ini, perbedaan ras, warna kulit, tradisi dan budaya menjadi factor penghambat. Pesilat asing yang berminat menjadi murid atau anggota sulit diterima. Bila diterima, pada peringkat materi pelajaran tertentu yang merupakan ajaran jurus pamungkas tidak akan diajarkan dikarenakan rahasia perguruan. Erizal cal Chaniago pendekar Beringin Sakti di Jakarta mengatakan, sikap kehati-hatian guru terhadap muridnya disampaikan dalam sebuah pepatah Minangkabau: "Nasaganggam di lepas nan sapinjik disimpan". Artinya: 'yang segenggam diberikan yang kuncinya disimpan'. Sikap guru-guru pencak silat tradisional ini dipertegas oleh Ramli pimpinan Silek Tuo di Bukit Tinggi, kehati-hatian seorang pendekar dikawatirkan suatu waktu muridnya akan dapat mengalahkan gurunya dengan menggunakan yang sepinjik tadi. Sementara pendekar Silek Tuo, Mulyadi K.S dan ketua IPSI Padang Panjang berpendat lain yaitu; Bahwa jurus yang sepinjik tadi sebetulnya tidak pernah ada, hanya dipergunakan sebagai alasan untuk memperkokoh status hierarki oleh seorang pendekar agar para murid tetap berlaku hormat kepadanya.
Kedua macam sikap yang diuraikan di atas dapat dianggap secara indirek sebagai penyebab utama dari rendahnya mutu pengembangan pencak silat di luar negeri. Menyimak keadaan di atas, lantas menjadi pertanyaan bagaimana pencak silat dapat mampu bersaing dengan beladiri lain di luar negeri. Kedua sikap yang bertolak belakang ini tidak merupakan jawaban positif dan berkesinambungan agar kita dapat menjawab tantangan era globalisasi untuk menyebarkan dan memperkenalkan budaya bangsa. Sebagai budaya asli, jelas pencak silat dapat menjadi kebanggaan sekaligus identitas kepribadian bangsa. Penulis ingin mengetuk isi hati pendekar muda agar bangkit dan bersatu padu memikirkan keadaan ini. Melalui studi dan penelitian, kita dapat menyusun sebuah strategi yang sesuai dengan lingkungan agar pencak silat berprestasi lebih baik di masa mendatang. Dengan mengadakan inventarisasi dari berbagai aliran pencak silat, dan mencari ciri khas, menonjolkan keunggulan dan mengurangi kelemahan pada setiap perguruan, insan-insan pencak silat di tanah air dapat menghadapi sikap-sikap yang menjadi penghambat perkembangan. Hanya dengan introspeksi pada diri sendiri kita dapat menguasai dunia!

Pamor Badai


Sekilas Tentang Perguruan Pamor Badai:
Perguruan Pencak Silat Pamor Badai mendapat nama dari 2 bagian yaitu aliran Pamor dan Badai. Kedua aliran ini berasal dari keluarga yang sama. Pamor adalah aliran keluarga tradisional dan Badai adalah aliran baru yang secara resmi berdiri sejak tahun 1969. Di samping 2 aliran ini Pamor dan Badai masih ada berberapa aliran lain yang di pergunakan misalnya Bawean dan Bhayuhmanunggal.
Pamor sering dianggap Pamur. Pamur adalah aliran pencak silat yang lebih modern berasal dari Madura. Pamur adalah singakatan dari Pencak Silat Angkatan Muda Rasio dan diririkan sejak tahun 1951 di Pamekasan oleh Raden Hasan Habudin, seorang keponakan jauh Oom Dave.Pakaian seragam Pamor terdiri dari baju hitam dan selendang putih. Warna hitam melambangkan kebenaran dan putih sebagai kesuciaan.
PAMOR
Pamor adalah aliran asli dari keluarga pendekar Raden Panji Setiosoeprapto (alias A.D. Nelson, di kenal oleh murid-muridnya sebagai ‘Oom Dave’). Pamor adalah aliran dari keluarga bangsawan Indonesia dari jaman Majapahit dari turunan pangeran Suhita. Berabad-abad aliran ini dikembangkan dan diwariskan terun temurun oleh keluarga pangeran ini. Pada tahun 1941 Oom Dave diangkat oleh paman-pamannya, Raden Widikdo dan Raden Panji dan Bentung sebagai kepala aliran Pamor.
Kata pamor sendiri sering dihubungkan dengan struktur-struktur yang terlihat pada keris, tapi kata itu mempunai arti yang lebih luas; selain struktur tetapi juga berarti wajah, bentuk, gambar etc. Dalam behasa Djawa kuno kata pamor mumpunjai banyak maknanya. Pamor mempunya berberapa wajah yang membantu masyarakat hidup dalam persahabatan dan untuk manjaga perdamaian. Tyaranya adalah dengan mempergunakan seni bela diri ini untuk tidak berkelahi dan menjaga agresi dan situasi yang membehaiahkan supaya di bisa hindari, dan hidup dalam kerukunan.

BADAI
Berbeda dengan Pamor, Badai adalah aliran yang lebih muda dan berasal dari keluarga yang sama. Bagaimana datangnya aliran Badai ke keluarga Oom Dave adalah seperti berikut:
Di Sulawesi Selatan ada kepala suku yang membuang anak perempuannya, namanya Sumiami, dari desanya. Dia termasuk turunan dari satu kelompok di Indonesia yang terkenal sebagai ‘Orang Laut’. Sejarah dari kelompok ini tidak begitu di kenal tapi ada kemungkinan berabad-abad yang lalu berhubungan dengan pulau Bawean. Sumiami dibuang dengan perahu dan tidak boleh lagi kembali ke kampungnya. Sesudah mengalami pelayaran yang berat dia berlabuh di pulau Djawa pada perkebunan (kelapa) dari Raden Bagin Swarsan, seorang paman dari Oom Dave. Sesudah mendarat dia membikin gubuk untuk menetap. Waktu sedang mengontrol Pak Swarsan melihat Sumiami di gubuknya. Dia bertanya sedang apa kamu ada disini dan Sumiami menjuruhnya pergi dari situ. Tidak lama kemudian Sumiami menjerang dengan pintarnya dan Pak Swarsan dengan susah payah mengelakan serangan-serangannya. Pak Swarsan sangat kaget, ternyata gadis ini bisa mengelakan dengan baik dia pintar menggunakan aliran Badei. Sesudah berkelahi Pak Swarsan membolehkan Sumiami tinggal di perkebunannya dengan sjarat supaya menjaga kebunnya. Oom Dave dan saudaranya Raden Panji Setiocipto belajar Badai dari wanita Sumiami ini. Pak Cipto lebih lama lagi belajar Badai dari Sumiami dan nantinya akan menjadi kepala dari aliran Badai. Dalam tahun 1969 Badai diresmikan jadi aliran silat baru yang di akui oleh IPSI.Arti Badai ada dua, selain sebagai Badai, angin puyuh, juga merupakan singkatan dari Bela Diri Anak Indonesia. Setelah Pak Cipto meninggal, maka Oom Dave menjadi pengganti resmi sebagai kepala aliran Badai. Seragam Badai terdiri dari baju abu-abu dengan selendang biru tua. Warna-warnanya melambangkan kedukaan dan mencerminkan persaan kasian kepada lawannya.

Kepala Aliran Perguruan:
Kepala aliran Perguruan Pencak Silat Pamor Badai adalah Raden Panji Setiosoeprapto, juga dikenal sebagai Dave Nelson atau disebat Oom Dave. Raden Panji Setiosoeprapto lahir di Asembagus, Jawa Timur pada tahun 1932, Oom Dave mulai sejak kecil berlatih Pencak Silat. Pada umur 6 tahun, pamannya mengajarkan aliran keluarga sebagai tradisi. Selain diajarkan aliran keluarga Oom Dave dan kakak Raden Panji Setiocipto juga diajarkan aliran Badai. Oom Dave juga mempelajari banyak alrian lain. Karena Oom Dave adalah keturunan keluarga bangsawan, sesuai istiadat dia dikirim ke biara Buddha di Nakhon Pathon, Siam. Di biara ini Oom Dave mempelajari cara-cara berkelahi di Siam, yang sekarang dikenal Muay Thai (saat itu tidak dikenal Muay Thai). Oom Dave juga berlatih tinju, gulat sumo dan kendo. Setelah tinggal di biara Oom Dave diangkat sebagai kepala aliran Pamor oleh pamannya, Raden Widikdo dan Raden Panji Bentung pada tahun 1941. Setelah tinggal di Papua, Oom Dave akhirnya pindah ke Belanda dimana dia sedikit-sedikit mengajar Pencak Silat pada tahun 1964.
Tahun 1973 Oom Dave secara resmi mengajar, Pencak Silat di Diemen. Tahun 1969 Oom Dave diakui, sebagai 'pendekar' oleh IPSI di Surabaya. Selain itu Oom Dave sekali lagi tahun 1993 di angkat jadi pendekar oleh Persilat (Persatuan Pencak Silat Internasional).
http://www.pamorbadai.com/



09 October 2006

Ucapan Bela Sungkawa

Segenap Pengurus dan Anggota keluarga Besar
Perguruan Pencak Silat BEKSI
Mengucapkan :
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun
dan ucapan
Bela Sungkawa Yang sedalam-dalamnya
atas kepergian dan wafatnya ibunda
Yoyo Niari
Pada Hari Sabtu, 7 October 2006 Pukul 16.00 WIB.
Bertempat di Rumah Duka:
Jl. Kayu Manis, Pisangan Baru, Pondok Dayung
RT 005 RW 012, Jakarta Timur.
Semoga segala amal perbuatan beliau diterima disisi Allah SWT
Dibukakan Pintu ampunan yang seluas-luasnya dan Mendapat Tempat yang Layak Disisi Allah SWT. Amin
Dan bagi keluarga yang ditinggalkan, diberikan kekuatan, ketabahan dan kesabaran dalam menerima cobaan dan takdir dari Allah SWT.

04 October 2006

Kisah Nyata

Guru Ku...Pelatih Ku.........

Memang tidak mudah menjadi seorang guru silat, dimana dibutuhkan kesabaran, pengetahuan yang luas dan harus bijak dalam mengajar dan memberikan bimbingan kepada murid-muridnya.
Tidak ubahnya seorang guru disekolah, menjadi seorang guru silatpun harus memiliki kemampuan dan tanggung jawab yang yang relative sama, mungkin hanya materi pengajarannya saja yang membedakan.
Tanggung jawa
b adalah salah satu factor yang wajib dimiliki guru silat dan dituntut pula memilki pengetahuan yang luas. Dan tentunya semua ini membutuhkan suatu proses yang panjang sehingga tidak ada guru silat yang karbitan.
Standarisasi adalah kunci dalam melahirkan guru silat yang berkwalitas dan tentunya setiap perguruan memiliki standarisasi yang berbeda-beda di mulai dari tingkatan atau sabuk yang dikenakannya.
Sehingga dengan penerapan standarisasi tersebut akan menghasilkan pesilat yang mampu bersaing dengan pesilat lainnya. Walaupun tidak semua pesilat diarahkan menjadi seorang atlit, diperlukan juga untuk pesilat lainnya yang memiliki tujuan dan kemampuan yang berbeda-beda.
Memang diakui banyak perguruan silat yang mengarahkan pesilatnya menjadi
seorang atlit, dimana pengemblengan terhadapnya menjadi lebih terfokus. Namun sungguh disayangkan kita sering melupakan aspek – aspek yang dimiliki pencak silat selain olahraga prestasi masih terdapat aspek-aspek lainnya yang tak kalah pentingnya.
Sebagai contoh saja, ada seorang murid yang cukup kritis menanyakan tentang siapa itu karuhun, dan mengapa kita harus berdoa dan meminta bantuan kepada karuhun, tentu saja bagi seorang murid yang memahami agama Islam yang kuat, pernyataan tersebut menimbulkan tanda Tanya yang sangat besar, apalagi guru silat tersebut tidak dapat memberikan penjelasan yang kuat dan mendasar.
Kejadian tersebut menjadi catatan tersendiri, dimana seorang guru harus dapat ditiru dan digugu, termasuk pernyataan yang disampaikan kepada murid-muridnya.
Kemampuan memahami ilmu pengetahuan yang didalamnya termasuk memahami ilmu agama merupakan standarisasi yang harus diterapkan,jangan sampai kejadian yang seharusnya tidak menimbulkan tanda Tanya murid-muridnya sendiri.
Contoh di atas bila ditelusuri karena sang guru ternyata tidak memahami syariat agama Islam dimana doa dan pertolongan hanya ditujukan kepada Allah, bila kita meminta kepada karuhun maka hukumnya manjadi syirik tentunya, karena menyekutukan Allah.
Padalah yang dimaksud sang guru adalah sang murid hanya diminta berdoa kepada Allah, dan mendoakan para karuhun yang telah tiada. Tidak lebih dan tidak boleh dilebih-lebihkan.
Nah, itu baru satu contoh kasus yang pernah penulis lihat , masih banyak lagi kasus-kasus lainnya, yang ternyata terjadi karena kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki seorang guru, dan tentunya kita menyadari bahwa guru adalah manusia biasa yang tentunya memiliki kekurangan-kekurangan layaknya manusia lainnya. Namun sungguh naïf bila seorang guru silat tidak mau menimba ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya.dan jangan heran bila guru tersebut akan tersingkir dan tidak lagi menjadi guru yang dapat ditiru dan digugu.

Dari Ku Untuk Mu

BERIKAN YANG TERBAIK !!!

“Don’t ask what your country do you, but what I can do for The country”, berikut kalimat yang pernah dikatakan oleh mendiang John F. Kennedy kepada rakyatnya. Kalimat filosofi ini mengingatkan kepada kita begitu besarnya arti diri kita untuk mengangkat martabat bangsa melalui berbagai cara yang dapat kita lakukan, salah satunya adalah menggali potensi pencak silat dan segala aspek-aspeknya dalam membangun pribadi-pribadi yang unggul.
Untuk mencapai semua itu diperlukan peningkatan mutu pencak silat itu sendiri melalui berbagai cara, upaya untuk meningkatkan mutu pencak silat di Indonesia telah lama dilakukan. Berbagai kegiatan, dalam inovasi dan program yang telah dilaksanakan, salah satu kegiatan yang menjadi agenda rutin adalah mengadakan kejuaraan pada tingkat daerah maupun tingkat nasional, termasuk pembinaan pesilat dalam memenuhi peningkatan mutu sebagai program yang dilaksanakan.
Namun apakah cukup pembinaan dan pelatihan hanya ditujukan kepada pesilat olahraga prestasi saja, tentunya pencak silat harus dipandang luas sebagai olahraga, seni dan juga budaya.
Salah satu yang masih kurang terlihat adalah mengadakan kegiatan pelatihan kepada pesilat disegala aspek yang dikandung pencak silat, tujuannya adalah agar pesilat dapat memahami olahraga ini dalam berbagai sudut pandang.
Untuk meningkatan mutu pesilat dan juga tenaga pelatih diberikan berbagai pelatihan, peningkatan kualitas wawasan, serta pengadaan fasilitas lainnya. Selain itu dibutuhkan pula buku-buku dan referensi – referensi agar wawasan pesilat usia muda semakin bertambah.
Sementara itu indicator menunjukkan bahwa mutu pesilat masih belum meningkat secara sifnifikan, karena upaya pembibitan dikalangan remaja dan siswa sekolahpun saat ini menemui berbagai hambatan.
Rendahnya minat siswa untuk mengikuti kegiatan ini perlu juga dicari akar permasalahannya, namun yang tak disadari barangkali bahwa rendahnya minat siswa untuk mengikuti kegiatan pencak silat merupakan hasil dari suatu proses pemahaman yang tidak pas dan telah berlangsung cukup lama sehingga berangsur-angsur pemahaman yang kurang pas tersebut menjadi proses pembenaran yang nyata.
Disadari atau tidak kemerosotan mutu dan pembibitan pada siswa disekolah disebabkan pula pada kemerosotan mutu Perguruan silat dan wadah yang menampung aspirasi dalam mensosialisasikan kepada siswa sekolah dan masyarkat secara umum.
Fenomena yang muncul selama ini menunjukkan upaya peningkatan mutu selama ini dilakukan belumlah mampu memecahkan masalah yang mendasar, oleh sebab itu diperlukan langkan-langkah mendasar, konsisten, dan sistematis, serta secara berlahan mengangkat kembali pencak silat sebagai seni beladiri yang utuh bermartabat tinggi.
Diperlukan kesadaran bersama bahwa meningkatkan mutu pencak silat merupakan komitment untuk meningkatkan sumber daya manusia, baik sebagai pribadi, maupun sebagai modal dasar pengembangan wawasan yang luas kepada masyarakat dan pesilat itu sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan prinsip dasar yaitu sebagai upaya untuk memanusiakan manusia atau humanisasi.

Promosikan Silat


Banyak yang bertanya, bagaimana sih mempromosikan pencak silat agar olahraga ini bisa sedikit populer dikalangan masyarakat, pertanyaan tersebut tentunya dapat dijawab dengan macam-macam solusi, asalkan sarananya memadai.
Kalau anda sering menonton televisi swasta kita sering menyaksikan iklan-iklan yang ditayangkan disela-sela acara yang sedang berlangsung. Salah satu iklan yang cukup menarik adalah iklan “Biskuat” dari Danone, mengapa begitu menarik, ternyata iklan tersebut mengilustrasikan seorang anak yang mampu melompat dengan gaya silat “Lompat macan” lengkap dengan guru dan temen-teman pesilat lainnya.
Bukankan ini hal yang cukup bagus, setidaknya Danone melalui biskuatnya memberikan gambaran silat yang selama ini memang jarang digunakan sebagai alat promosi dalam iklan, memberikan rasa percaya diri, bahwa silatpun masih bisa dijual dan memiliki daya tarik yang unik.
Tentunya kita turut mengucapkan terima kasih, karena masihTercatat pula beberapa iklan yang menggunakan latarbelakang silat untuk iklan-iklan yang pernah ditayangkan, ambil contohnya iklan rokok jie sam Soe, dan mungkin akan menyusul iklan-iklan lainnya.
Lalu bagaimana promosi melalui film laga, karena cara ini juga ampuh, lihat saja film mandarin ataupun film laga lainnya, dengan ciat..ciat dibeberapa layer lebar teryata sedikti banyak membuat olahraga beladiri ikut dikenal bahkan menjadi popular.
Walaupun beladiri yang ditampilkan di film laga tersebut lebih banyak menampilkan trik kamera untuk membuai penonton untuk tetap menyaksikan film tersebut. Namun focus jalan cerita tetap pada alur tentang beladiri tersebut. Tentunya penonton akan semakin tertarik dengan latarbelakang beladiri yang digunakan.
Tercatat banyak pula actor legendaries yang mengharumkan beberapa beladiri asia yang membuat masyarakat duniapun berbondong-bondong mengikuti les beladiri tersebut.
Lalu sejauh mana dengan film laga yang melukiskan beladiri silat, tentunya cukup banyak pula film-film tersebut diproduksi, namun unsur hiburannya memang lebih diutamakan dibandingkan teknik beladiri pencak silat yang sesungguhnya.
Orang awampun sebenarnya mengetahui betapa ampuhnya silat ini sebagai beladiri, namun berita dan informasi yang didapat kadang-kdang malah menjerumuskan masyarakat itu sendiri misalnya saja dengan banyaknya iklan beladiri dengan transfer ilmu yang hanya cukup satu kali latihan sudah bisa digunakan, atau dengan mantra-mantra yang harus diamalkan, coba perhatikan salah satu majalah mistik di Indonesia, lihat baik-baik beberapa iklan mengenai beladiri didalamnya.
Sialnya lagi-lagi silat menjadi olahraga yang tidak bisa dinalar oleh orang awam, karena orang beranggapan bahwa dengan silat maka orang jadi sakti, dengan silat orang tidak mempan dibacok alias kebal, dan ragam kesaktian lainnya. Padahal apakah dengan silat kita benar-benar bisa sakti, apakah tujuan utama mempelajari beladiri hanya untuk mencari kesaktian? Tentunya jawabannya ada di tangan anda.

Dilema Perguruan

SENIN-KAMISnya Dunia Persilatan

Mungkin ini adalah kata yang tepat untuk olah raga beladiri tradisional negeri ini. Ada rasa asing bagi anak negeri terhadap seni beladiri sendiri. Ketika tiap olah raga bela diri mulai merambah sendi kehidupan generasi muda anak negeri, ada yang terbalik dengan keadaan Pencak Silat. Silat, silek, pencak silat, penca, menca, mamenca, atau apapun istilah lainnya kini malah mulai tertidur.
Ada ironi yang menghinggapi hati negeri ini. Ketika negeri jiran kini amat bangga dengan budayanya, kini kita malah dihinggapi rasa rendah diri terhadap karya budaya sendiri, andaikan dulu kita adalah bangsa yang rendah hati kini kita adalah bangsa yang rendah diri.
Keunikan dan dan kekhasan Pencak Silat kini tergeser oleh imej (image) yang terlanjur tertempel pada diri Pencak Silat itu sendiri. Bahwa Pencak Silat adalah olah raga bela diri dari kampung.
Banyak usaha yang telah dilakukan anak negeri ini memperkenalkan Pencak Silat kepada dunia dan seperti yang kita ketahui kini olah raga bela diri ini telah banyak digemari dan dipelajari lebih dari 20 negara yang tergabung dalam PERSILAT. Sayangnya pesatnya perkembangan Pencak Silat di negeri lain tidak dapat diimbangi dengan kemajuan di negeri asalnya. Sungguh suatu yang menyakitkan bila kita teliti bahwa imej (image) yang terlanjur tertanam bahwa Pencak Silat adalah bela diri asal kampung kini malah terseret menjadi kampungan karena ketidakmampuan kita dalam manajemen dan organisasi.
Kini satu persatu perguruan Pencak Silat, baik yang berorientasi olah raga, seni, maupun bela diri mulai berguguran, satu persatu mulai kehilangan murid maupun peminat. Jika ada hal unik yang dapat Pencak Silat tawarkan, seharusnya tiap orang akan tahu apa yang “dijual” Pencak Silat. Ketidaktahuan Guru, Pelatih, instruktur beladiri ini dalam “mengemas” dan “menjual” Pencak Silatlah yang akhirnya membuatnya menjadi anak tiri di rumah sendiri. Bagaimana mungkin kita akan “membeli” sesuatu jika apa yang kita lihat dan kita dengar tidak membuat kita tertarik.
Gegap gempita dan riuh rendahnya suasana gelanggang sepuluh-lima belas tahun lalu dalam tiap kejuaraan kini mulai sepi, terasalah bagi para pesilat yang berumur bahwa kini suasana seperti dulu tak dapat mereka nikmati. Tinggal kenangan manis yang tersisa. Kesedihan yang tertanam pada hati tiap pesilat, pendekar maupun guru, tak akan mampu terbayar oleh apapun. Hasil yang ada tak sebanding dengan pengorbanan yang mereka lakukan.
Kita yang memiliki Padepokan Pencak Silat terbesar didunia, malah menjadi asing apabila masuk kedalamnya. Sepinya kegiatan Pencak Silat ditiap hari dalam padepokan yang notabenenya rumah sendiri bagi pesilat, membuat bingung kita. Padepokan yang terlihat bagaikan sosok gedung gagah yang tak ramah.
Masih sejumput tanya yang tersisa kini, adakah kita akan membiarkan sang “Harimau” (Pencak Silat) tertidur? Harimau tetaplah harimau walau tertidur, tapi harimau terjaga lebih ditakuti daripada yang tertidur.Apakah kita akan biarkan Pencak Silat menjadi kampungan sementara diantara kita mampu membantu baik dari penataan organisasi, mengemas “selling point” dan keunikan Pencak Silat hingga laku di “jual” pada anak negeri?Apakah kita akan membiarkan “rumah” kita sepi melompong, sementara kita mampu mengisinya? Jangan jadikan “rumah” kita menjadi gedung yang tak ramah.
Jika yang ada dalam hati kita kita tidak, maka mulailah kita melangkah dengan keahlian masing-masing untuk kembali “membangunkan” Pencak Silat. Adalah bukan hal yang mustahil Pencak Silat akan menjadi jati diri bangsa selain sebagai aspek olah raga, bela diri, budaya dan religi.
ada istilah tiap hutan ade harimaunye, tiap tempat ade jagonye…..nah kalau tiap negara ada beladirinya…..kenapa Pencak Silat tidak jadi harimau dihutannya sendiri?

Sabeni punya Gaye

PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

Tulisan Asli:
"Silat Betawi - tempo doeloe dan masa depan"
By indosilat-Yanweka
Cerita kepahlawanan para jago silat dimasa itu cukup menarik disimak, pada umumnya mereka membela rakyat kecil dan melindungi kampung dimana mereka tinggal, sebut saja “Sabeni” pendekar legendaris dari Tanah Abang yang hidup sebelum perang dunia kedua, Sabeni lahir sekitar tahun 1860 di Kebon Pala Tanah Abang dari orang tua bernama Hannam dan Piyah. Menurut Bang Izul (salah satu cucu Sabeni), “Sabeni mulai dikenal namanya setelah Sabeni mampu menghadapi salah satu jago daerah Kemayoran yang berjuluk Macan Kemayoran ketika hendak melamar puteri si Macan Kemayoran untuk dijadikan isteri.” Selain itu peristiwa-peristiwa lainnya seperti pertarungan di Princen Park (Lokasari) dimana Sabeni berhasil mengalahkan Jago Kuntau dari Cina yang sengaja didatangkan oleh pejabat Belanda bernama Tuan Danu yang tidak menyukai aktivitas Sabeni dalam melatih maen pukulan para pemuda Betawi dan yang sangat fenomenal adalah ketika Sabeni dalam usia lebih dari 83 tahun berhasil mengalahkan jago-jago beladiri Yudo dan Karate yang sengaja didatangkan oleh penjajah Jepang untuk bertarung dengan Sabeni di Kebon Sirih Park (sekarang Gedung DKI). Sampai usia 84 tahun Sabeni masih mengajar maen pukulan (beliau mengajar hampir keseluruh penjuru jakarta bahkan untuk mendatangi tempat mengajar beliau biasanya berjalan kaki), sampai meninggal dunia dengan tenang didampingi oleh murid dan anak-anaknya pada hari Jumat tanggal 15 Agustus 1945 atau 2 hari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam usia 85 Tahun, beliau dimakamkan di Jalan Kuburan Lama Tanah Abang. Kemudian atas perjuangan Bapak M. Ali Sabeni salah satu putera beliau, Jalan Kuburan Lama Tanah Abang diganti oleh pemerintah daerah DKI menjadi Jalan Sabeni.
Selain itu di “Tanah Abang” masih terdapat pendekar silat lainnya yang cukup dikenal seperti, Rahmad, Ma’ruf, Derachman Djeni, Habib AM Akhabsji, Satiri dan tokoh lainnya. Kabarnya pendekar dari daerah lain kerap berkunjung ke tanah Betawi untuk memperdalam ilmu silatnya, selain belajar ilmu silat mereka juga saling bersilaturahmi, Menurut Bapak Oong Maryono (Pengamat Pencak Silat) kepada penulis menyebutkan bahwa “Banyak pendekar dari Sunda yang berguru ke daerah Betawi”. Tokoh-tokoh pencak silat dari sunda turut mewarnai khasanah silat ditanah Betawi, misalnya Raden H. Ibrahim (1816-1906) yang dikenal dengan Silat Cikalong pernah berguru dengan bang Kari dan bang Madi. Bang Kari dan bang Madi (Karimadi) cukup tersohor sebagai sumber ilmu silat dari daerah betawi pada zamannya, Dalam dunia persilatan Madi dikenal pakar dalam mematah siku lawan dengan jurus gilesnya, sedangkan Kari dikenal sebagai pendekar asli Benteng Tangerang yang juga menguasai jurus-jurus silat dan ahli dalam teknik jatuhan. Hingga saat inipun keduanya masih menjadi legenda yang tetap tercatat sebagai pendekar dari betawi. Raden H. Ibrahim sebelum berguru dengan bang Kari dan bang Madi, ia pernah tercatat pula berguru dengan seorang pendekar Betawi yaitu bang Ma’ruf di daerah Karet, Tanah Abang.

Lensa Sejarah

Tulisan Asli disunting/berudul:

"Silat Betawi - tempo doeloe dan masa depan"
By indosilat--Yanweka

Betawi memang terkenal dengan tokoh – tokoh persilatan hingga aliran jurus (maenan) yang digunakan seperti Cingkrik, Gie Sau, Beksi, kelabang Nyebrang dan merak ngigel, Naga ngerem dan masih banyak lainnya. Permainan silat Cingkrik dikenal dengan cukup khas sebagai silat betawi pada umumnya. Perkembangan silat cingkrik inipun telah membias ke pelosok-pelosok kampong betawi, sehingga aliran ini memiliki banyak turunannya (aliran). Salah satu turunan antara cingkrik dan cimande adalah aliran Cingkrik Goning, yang merupakan silat betawi warisan dari Engkong Goning yg merupakan pejuang dari wilayah kedoya.

Ilmunya kemudian diturunkan kepada Bapak Usup Utay, yang kemudian menurunkan kepada mantunya yaitu Bapak Tb. Bambang, Silat cingkrik secara umum terbagi 2 yaitu Cingkrik Goning dan Cingkrik Sinan. Perbedaannya ialah Cingkrik Sinan menggunakan “ilmu kontak” sementara Cingkrik Goning hanya mengandalkan kelincahan fisik. “Silat ini selalu berusaha untuk masuk dan mengunci lawan, jadi tidak banyak berlama-lama bertukar pukulan atau tendangan.” Ujur Pak Bambang pada penulis saat melatih di Padepokan beberapa waktu lalu.

Keragaman aliran silat betawi turut diwarnai oleh latarbelakang silat dari daerah lain, seperti silat aliran Sahbandar, Kuntao (Cina) dan beberapa aliran silat dari Sunda. Proses Asimilasi mendapatkan nama aliran ataupun perkumpulan baru. Nampaknya ciri khas dan latarbelakang betawi tetap kuat mewarnai gerakan jurus-jurusnya. Seperti Mustika Kwitang yang berdiri Kampung Kwitang, Jakarta Pusat, salah satu tokohnya adalah H Muhammad Djaelani, yang lebih dikenal dengan sebutan Mad Djaelani. Ilmu silat Mustika Kwitang, kini diwariskan pada cucunya, sekaligus muridnya, H Zakaria.

Akulturasi Ilmu Silat dari Cina dengan betawi bukan hal yang aneh misalnya silat Beksi, atau bek (Pertahanan) dan Sie ( Empat) yang artinya pertahanan empat arah, Tiga pendekar Beksi ( H. Gozali, H. Hasbullah dan H. Marhali) dan seorang cina bernama Lie Ceng Oek, mengembangkannya di Betawi (Jakarta). Diperkiraan Aliran Beksi merupakan Silat Betawi yang paling luas penyebarannya di Jakarta saat ini.

Tidak ketinggalan silat yang datang dari daerah Nusantara contohnya aliran Silat Sahbandar yang dibawa oleh Mamak Sahbandar atau yang lebih dikenal dengan nama H.Mohamad Kosim (1766-1880) yang berasal dari Pagaruyungan, Sumatra Barat. Sebenarnya Sahbandar diperkenalkan di Cianjur namun ilmu beladiri ini berkembang pesat pula Betawi. H. Mohamad kosim wafat pada usia 114 yang dimakamkan di daerah wanayasa, Purwakarta. Silat Betawi pada umumnya menonjolkan permainan menggunakan serangan tangan dan kaki yang sangat cepat, sekitar tahun 1896 terdapat satu perkumpulan silat yang didirikan oleh M. Toha dan H. Odo yang bernama aliran Sin Lam Ba, aliran ini memperkenalkan Silat Tenaga Dalam dan Juga jurus-jurus silat pada umumnya, berkembang pesat di Jakarta hingga saat ini. Sebenarnya masih terdapat banyak aliran silat lainnya seperti silat Serak, dan Gerak Rasa yang juga cukup terkenal di Jakarta.

Setelah jaman kemerdekaan (1945) Jakarta menjadi tujuan Imigran dari seluruh Indonesia, menurut data bapeda pada tahun 1961 suku betawi mencakup kurang lebih 22.9 persen dari 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran Jakarta. Tidak mengherankan bila aliran-aliran silat betawi pun ada yang ikut tergusur yang dibawa oleh murid dari masing-masing aliran dan perkembangan pencak silat pun semakin semarak karena kesadaran dalam upaya mewariskan ilmu beladirinya secara turun menurun kepada keluarga, masyarakat setempat maupun di tempat lain.

02 October 2006

Silat Betawi

Pelestarian Silat Betawi
Tulisan Asli disunting dari:
Pencak silat merupakan kekayaan seni budaya bangsa yang penting artinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu adanya proses pelestarian demi memupuk kesadaran jatidiri bangsa. Gagasan membentuk wadah bagi silat aliran betawi muncul pada tahun 1972, yang bertujuan mempersatukan pesilat betawi ke dalam organisasi Persatuan Pencak Silat “Putra Betawi” pada tanggal 20 Januari 1972. Susunan Pengurus pada waktu itu antara lain, H. Sa’ali SH terpilih sebagai Ketua Umum, Satiri (Sahbandar) ketua I, Machmud Marzuki (PS. Putra Utama) ketua II dan H. Sumarmin (Macan Beatwi) Ketua III. Soekatma sebagai Sekretaris dan Sa’aman sendiri terpilih sebagai komisi teknik. Guru Besar yang mewakili Perguruan yang mendukung wadah ini berjumlah hingga 20 lebih perguruan silat betawi antara lain, PS. Putra Utama (Babe Oetama), PS. Putra Jakarta (Bang Sa’aman), PS. Sapu Jagat (Pak Endang Ms), PS. Sahbandar (TM Satiri), PS. Sutera Baja (Olive), PS. Mustika Kwitang (Zakaria), PS. Genta, PS. Sikak Mas, dan perguruan lainnya. Persatuan Pencak Silat “Putra betawi” pernah bersilaturahmi menghadap Presiden Suharto Pada tanggal 3 Januari 1973.
Perjalanan PPS. Putra Betawi yang merupakan organisasi yang memberikan wadah bagi perguruan / aliran silat betawi tidak selalu berjalan mulus, organisasi ini pernah vakum selama 10 tahun, dan pada tanggal 24 Mei 1986 dilakukan konsolidasi guna kemantapan organisasi untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan “PPS. Putra Betawi” oleh genarasi penetusnya, dan pada masa itu terpilih H. Daong Makmur Zulkarnaen sebagai pemimpin “PPS. Putra Betawi” pada masa itu.
Masuk pada tahun milinium, menurut data terdapat lebih 50 aliran atau perguruan silat yang bernafaskan silat betawi, dan memang tidak semua aliran silat ini bisa dijangkau seketika harus ada proses sosialisasi dan pendekatan yang berkelanjutan, inipun beberapa silat yang bernaung dibawah Putra Betawi mulai menghilang dari Jakarta. Proses penelusuran guna menghidupkan beberapa perguruan dilakukan melalui beberapa cara, antara lain “kejuaraan Internal Silat Betawi dan melalui Festival Silat Betawi” tujuannya adalah untuk memantau perkembangan silat betawi agar tetap hidup walaupun tidak sepopuler pada masa lalu.
Salah satu rencana Putra Betawi kedepan adalah “mengadakan acara Kejuraan khusus silat aliran betawi, karena kami berusaha menjada ke unikan silat ini, bila dibandingkan kejuaraan yang dilakukan IPSI yang sifatnya lebih nasional untuk olahraga prestasi” ujur Deddy Suryadi (Ketua Umum PPS. Putra Betawi). Putra Betawi, terus berupaya mengangkat silat sebagai salah satu kebanggaan warga betawi karena itulah pada senin (21/8/2006) lalu diselenggarakan Festival silat Betawi di Bawah organisasi Putra Betawi, tidak kurang sekitar 23 perguruan siat aliran betawi ikut hadir menyemarakkan acara tersebut. Kegiatan ini bertujuan mendokumentasikan melalui film dokumenter agar silat yang pernah ada dapat selalu terdata, dan diharapkan peran pemuda betawi khususnya dapat bersama-sama memperkenalkan kembali asset tersebut kepada generasi muda lainnya.Dokumentasi dan InternetMendokumentasikan silat tradisional dalam bentuk buku dan Video merupakan wacana yang sedang direalisasikan oleh Forum Pecinta dan Pelestari Silat Traddisonal yang beberapa waktu lalu dibentuk oleh kalangan pecinta ilmu beladiri tradisional, mereka saling berinteraksi melalui jalur internet untuk bertukar Informasi mengenai silat yang berkembang di Indonesia.
Sebagai kegiatan awal Menurut Eko Hadi Selaku koordinator Forum ini mengatakan “Diadaakan pendataan perguruan atau aliran yang masih terdapat diwilayah DKI Jakarta, dipilihnya Silat yang berada di Jakarta karena pada umumnya anggota forum tinggal diJakarta dan sekitarnya, mungkin untuk kedepannya kita akan memiliki wakil-wakil didaerah lain” ujurnya. Sebagai Pilot Project dipilh beberapa aliran Silat khususnya Betawi yang kondisinya cukup mengkwatirkan, contohnya Silat Cingkrik Goning, Silat Pahaman dan Silat Sabeni. Ketiga aliran silat ini telah di dokumentasikan, bahkan dibuka latihan untuk umum di Padepokan Nasional Pencak silat Indonesia Setiap hari sabtu pagi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan berpatisipasi langsung melalui latihan. Kegiatan lain yang cukup penting adalah mengadakan diskusi atau saresehan yang rencananya di adakaan setiap Bulan, diharapkan bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih jauh dapat langsung ikut pada acara saresahan ini di Padepokan Nasional Pencak Silat TMII Jakarta.

KEMAJUAN

Pendekar-Pendekar Berlaga
Dalam Festival Silat Betawi Jakarta

Tulisan asli dan disunting dari:
"Festival Silat Betawi - Agustus 2006"
By indosilat

(21/08/2006). Tepatnnya hari ini, kabar yang sempat di siarkan 2 bulan lalu benar-benar terealisasi, bertempat di Plaza Cibubur-JakartaTimur. Berbagai jurus dan langkah dari berbagai aliran beladiri Betawi di peragakan, unik, cantik, indah, ganas, memukau dan berbahaya berhasil di peragakan oleh pendekar maupun pesilat Batavia dalam festival silat Betawi. Menurut Ketua Panitia (Sdr. Rahmat) dalam PPS Putra Betawi punya gawe yang kali ini, kurang lebih ada 20 perguruan silat Betawi yang diundang untuk tampil dalam acara ini. Disamping tujuan utamanya untuk mendokumentasikan pencak silat Betawi yang mulai tenggelam, event ini juga tidak lain di selenggarakan untuk saling mempererat tali silaturahmi dan persahabatan pesilat Betawi khususnya dan warga Betawi pada umumnya.

Ternyata, pertunjukan yang di adakan seharian ini cukup membawa kesan bagi orang-orag yang sempat datang menyaksikannya, cukup patut untuk yang di jadikan teladan bagi kita. Bahwasanya, tidak hanya pria saja yang pantas menyandang predikat pesilat, wanitapun dapat menyandang gelar yang sama. Pasalnya, benar tidak hanya pria kekar dan berotot saja yang tampil memperagakan kebolehannya, tapi ibu-ibu juga turut ambil bagian di sana dalam memperagakan gerak pencak dengan gemulai, penuh makna, dan berbahaya yakni gerak silat yang terus di lestarikan secara turun temurun di kalangan masyarakat betawi.
Ingat wanita betawi seperti mereka tidak boleh di pandang sebelah mata tentunya. Lain hal cerita para pendekar dewasa, serta para pesilat remaja. Menyinggung metode pengajaran dan pelatihan pencak silat Betawi (mainan, red) tidaklah semuanya tertinggal, dilihat dari keikut sertaannya para pesilat anak-anak (pesilat kecil,red) disana, serasa mengajak kita untuk sama-sama membuka mata lebar-lebar. Bahwasanya, para pendekar Betawi dewasa yang mahir dan pilih tanding yang tampil dan kita lihat sekarang ini, tidaklah terlahir melalui proses instant, melainkan telah di mulainya pelatihan dan pendidikan pencak silat sejak dini pada anak-anak pra-remaja.
Timbulnya mental yang berani pada mereka diartikan berani dalam berinteraksi dengan orang yang lebih dewasa di lingkungan rumah tempat dia di bina, tapi berani juga pada saat di dalam kelas si anak juga di harap menjadi siswa yang menonjol dan aktiv saat mengikuti pelajaran sekolahnya. Sebagai contoh; saat mewawancarai Adik Alfian (3th, siswa SDI Muslimin-Jkt) sebagai salah satu pesilat anak-anak pada acara ini, dengan nada tenang dan bersahabat pada saya selaku orang asing baginya, dia menjawab semua pertanyaan dari saya tentangnya. Terus terang saya kagum, betul-betul berani anak ini, dan saya yakin betul dia pasti cerdas. Tebakan Saya tentunya terbukti benar , saat dia ikut pentas dalam peragaan pencak silat mewakili “Putra Betawi ” dengan peragaan merobohkan pesilat dewasa.
Sungguh spektakuler dan benar-benar memukau pemirsa pengunjung mal di kawasan Cibubur yang dingin, dengan di tandai pemukulan “Gong pusaka” oleh Bp. Edy Nalapraya (Persilat), sebelum peragaan jurus di mulai. Event yang diadakan dalam rangka turut memeriahkan suasana semangat peringatan HUT RI Ke-61 ini mengambil tema, “Dalam Rangka Hut RI Ke-61, Bersama Kita Bangkitkan Pencak Silat Putra Betawi Sebagai Warisan Leluhur Kita”. Diakhir acara di tutup dengan peragaan permainan golok dan toya oleh Bp. H. Zakaria, sang guru besar “PPS Putra Betawi” dan setelah itu Bp. Sanusi membacakan doa menandakan hari itu acara usai dan bersyukur telah terlaksana tanpa halangan yang berarti.
Oleh : Mas ezra Anggota Milis Silatbogor

X-Trakulikuler 1

Melestarikan Pencak Silat Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
By ezra Friday,

Kita seharusnya patut bangga bahwasannya beladiri peninggalan nenek moyang kita pencak silat sudah mulai tumbuh dan menyebar di bagian belahan dunia di berbagai negara tetangga seperti: Singapura, Malaysia, jepang, Amerika, Belanda, dll, hampir di semua benua ada pencak silatnya dengan kata lain perkembangannya sudah sekian jauh dan berkembang sepeti yang di harapkan.
Latar Belakang & Tujuan yang disertai harapan-harapan luhur bagi terbentuknya sebuah pelestarian nilai-nilai budaya nusantara sangat lah di perlukan, seperti laju perkembangan salah satu olah raga yang mengandung banyak nilai-nilai budaya bangsa. Ditengah keaneka ragaman yang kita temui, Negara kita juga kaya akan keaneka ragaman baik hayati adat istiadat dan juga seni budaya. Salah satu yang ada di dalamnya adalah seni budaya pencak silat dengan berbagai keunikan di dalamnya.
Sebagai contoh Indonesia tercatat menjadi akar kebudayaan ini dan diakui memiliki sejarah ilmu beladiri dan seni pencak yang lahir berabad-abad tahun lalu seperti Aliran Cimande, Silat Tuo, Silat Kumanggo, Silat Minang, Cikalong, Cikaret, Serak, Bandrong, Sitembak, Sipecut, dll. Dalam hal ini pencak silatlah tentunya yang menjadi sorotan utama jika kita akan membahas pentingnya sebuah pelestarian khususnya dalam konteks olah raga prestasi bagi generasi muda.
Kita seharusnya patut bangga bahwasannya beladiri peninggalan nenek moyang kita pencak silat sudah mulai tumbuh dan menyebar di bagian belahan dunia di berbagai negara tetangga seperti: Singapura, Malaysia, jepang, Amerika, Belanda, dll, hampir di semua benua ada pencak silatnya dengan kata lain perkembangannya sudah sekian jauh dan berkembang sepeti yang di harapkan.
Namun, lain hal fenomena yang kita hadapi di dalam negeri, dalam upaya mendukung kegiatan tersebut di tengah generasi muda sudah semakin sempit, apalagi sulitnya memasukan sebuah kurikulum olahraga pencak silat di sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Tak ayal akibatnya bisa kita lihat, kejayaan Seni Budaya Pencak Silat yang dimiliki oleh Indonesia sudah semakin surut dan yang mempriatinkan yalah generasi muda sudah seakan kurang peduli terhadap asset Seni Budaya yang dimiliki oleh bangsanya sendiri.
Ini sebuah kenyataan yang agak sulit diungkapkan karena bagai menepuk air di dulang, membuat kita terasa mengelus dada dan menarik nafas panjang. Akan tetapi, hal ini tidak bisa terus-menerus didiamkan tanpa ada usaha untuk memperbaikinya. kita harus tidak segan untuk mengajak semua pihak yang terkait untuk berdialog bersama dan merenung bersama mengenai manfaat dari pentingnya sebuah pelestarian.
Maka, Setiap jajaran Pencak Silat dan semua pihak yang terkait di luar itu termasuk dalam hal ini peran sekolah atau dunia pendidikan berkenan untuk turut ambil peran masing-masing untuk saling bekerjasama dan mendukung dan dilakukan secara terus menerus. Bahwasannya, Pecak Silat adalah bidang lain yang seharusnya juga mendapat kesempatan memposisikan dirinya dalam penanggulangan ini, di samping sebagai olah raga prestasi. Kini sudah saatnya sekolah memiliki pandangan lebih luas terhadap kegiatan kesenian-olahraga di sekolah dalam mata pelajaran intra dan ekstra.
Sekolah juga seharusnya mempertimbangkan minat, bakat, hobi siswa yang sangat bervariasi dan diberi wadah mengikuti perkembangan jaman. Hobi adalah kompetensi yang memerlukan pengembangan yang memiliki hubungan ke arah profesi di kemudian hari. Sekolah dalam hubungan dengan kehidupan harus dapat memberikan respon, mempertimbangkan, serta bersedia untuk turut serta memperhatikan hal ini dalam jangka panjang ke depan dan sebelum itu perlu kiranya membahas peranan perguruan sebagai media sebagai transfer pengetahuan dalam pembinaan prestasi olah raga-Pencak Silat di sekolah.
Paradigma Pencak Silat Gejala umum yang tampak di sekolah pada saat Pencak Silat ini dikenalkan adalah kegiatan tersebut tidak benar-benar melibatkan semua siswa. Hanya segelintir orang yang mau terlibat dan itu pun tampak terpaksa. Mereka lebih tertarik untuk melirik budaya bangsa lain di banding bangsanya sendiri. Anehnya, guru-guru pun lebih mendukung hal itu malah seakan mempersulit misi budaya dan olah raga ini untuk masuk ke lingkungan sekolah dengan berbagai alasan yang intinya menolak, ini lah realita dan merupakan sebuah paradigma terhadap pencak silat, yang kita hadapi di jaman globalisasi seperti sekarang.
Apakah karena kurang paham tentang Seni Budaya Pencak Silat atau apa itu silat? Apakah karena merka memang sudah tidak perduli lagi terhadap budaya sendiri?
Ini yang patut kita bahas bersama dalam sebuah pembicaraan meja bundar di sekolah antara Perguruan sebagai wakil dari misi pelestarian Seni Budaya Pencak Silat, pihak Sekolah (komite sekolah) dan juga orang tua murid atau masyarakat.
Sekolah kadang-kadang terlalu cepat mengambil kebijakan yang memang di rasa kurang bijak yang di pegaruhi oleh figure birokrasi di dalamnya. Sekolah dengan senang hati menganggap dirinya mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Termasuk melayani politik kekuasaan yang dipresentasikan melalui jargon yang merasuk ke dalam sekolah. Seperti halnya memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat menjadi wacana yang membuat semangat bertanding yang melahirkan atletik mengangkat prestise Sekolah.
Lambat laun, hal itu kemudian itu memasuki kebijakan pengembangan potensi bagi siswa-siswa di sekolah dengan anggaran yang tidak sebanding dengan pengembangan kesenian. Contoh nyata, pembangunan sarana olah raga lain yang jauh mengalahkan ketersediaan sarana berekspresi kesenian-budaya-olah raga (Pencak Silat). Bahkan terkadang lebih tragis, jika hal itu sampai juga mengalahkan kepentingan yang paling mendasar seperti perpustakaan.
Disamping sebagai hobby, olah raga juga memiliki fungsi untuk kesehatan jiwa dan raga. Ada banyak jenis olah raga, dari yang bersifat kelompok maupun yang individual, yang bersifat permainan atau yang memiliki nilai seni, dari yang sangat aman hingga yang berbahaya. Pemilihan jenis olah raga tergantung selera, karakter, dan pertimbangan kita, seperti Pencak Silat. Hal itu karena olah raga yang satu ini dirasa dapat memberikan kebutuhan yang lebih daripada sekedar olah raga gerak badan saja.

X-Trakulikuler 2

X-TRA KULIKULER (lanjutan)
Namun, memiliki beberapa manfaat dibandingkan dengan jenis olah raga lainnya, ditinjau dari sudut fisik, mental, dan pengetahuan. Dari segi fisik, Pencak Silat melatih tidak saja otot-otot kita saja, tetapi juga organ dalam, darah, kulit, tulang, dll. Di dalam Pencak Silat, aspek kekuatan tidak hanya ditimbulkan dari kekuatan tenaga saja, tetapi juga menimbulkan kekuatan yang disebut tenaga ledakan.
Di samping power, kita juga melatih stamina / daya tahan kita. Bila kita bicara mengenai olah raga secara umum, maka tidak bisa lepas membicarakan mengenai stamina ini. Di dalam Pencak Silat, kita melatih berbagai macam stamina yang tidak terdapat dalam jenis olah raga lainnya:
  1. Stamina dinamis.Tidak seperti stamina statis seperti pada olah raga lainnya seperti angkat besi, pencak melatih stamina kita untuk bergerak aktif.
  2. Stamina dari seluruh tubuh. Pencak Silat melibatkan seluruh bagian tubuh kita. Kebanyakan olah raga lain menitik beratkan pada salah satu atau beberapa bagian tubuh saja. Pelatihan termasuk kelenturan dan koordinasi gerak serta keseimbangan disamping nilai estetikanya.
  3. Stamina dari metabolisme aerobic (oxygenic) dan anaerobic.Pencak Silat merupakan olah raga yang memiliki kombinasi metabolisme aerobic dan anaerobic. Tidak seperti dalam olah raga marathon yang 98% membutuhkan metabolisme aerobic.
  4. Stamina terhadap kecepatan.Dalam peragaan serang bela dibutuhkan stamina kecepatan yang tinggi dan percepatan / impulse yang terkendali.
  5. Stamina terhadap daya tahan pukulan.
Hal yang specific untuk jenis olah raga bela diri, yang mana kita perlu juga melatih ketahanan terhadap pukulan dan bantingan. Disamping itu, Pencak Silat juga memiliki kelebihan dalam membina jiwa / mental kita, yang membedakannya dari jenis olah raga lainnya;
  • Menambah kepercayaan diri.
  • Disamping fisik juga melatih mental dan pikiran kita.
  • Menimbulkan kewaspadaan yang tinggi.
  • Memupuk kegesitan dan kelincahan mental.
  • Lebih menumbuhkan jiwa ksatria.
  • Mempertebal kedisiplinan dan keuletan yang lebih tinggi karena sifat latihannya yang sulit dan lama.
  • Melatih kita untuk lebih banyak berpikir disamping hanya sekedar menggunakan otot belaka.
Dari segi pengetahuan, kita juga akan lebih mengenal dan mengetahui bagian-bagian tubuh kita baik fungsi serta kelebihan dan kelemahannya. Dalam tingkat yang lebih tinggi, kita bisa merasakan adanya aliran energy melalui saluran energy (meridian) kita. Hal yang terakhir ini sangatlah membantu kita untuk mempelajari tenaga dalam dan meditasi.
Disamping itu, dari segi pengetahuan kita juga lebih memahami hukum-hukum fisika mekanika yang dapat dirasakan secara langsung dalam aplikasi jurus-jurusnya. Dan bila kita berpikir mengenai teknik, maka juga tidak lepas dari konsep strategi, yang mana merupakan suatu konsep yang tidak terlepas dari mempelajari kejiwaan manusia beserta tingkah lakunya. Mempelajari lebih jauh lagi, kita akan mulai tertarik pada kefilsafatan.
Pendek kata dapat disimpulkan bahwa berlatih Pencak Silat akan memberikan jalan untuk lebih maju setahap lagi dalam menjaga kesehatan kita. Mungkin tak terbayang memang jika sebenarnya pengembangan olah raga prestasi pada sebuah Sekolah dapat melahirkan kebijakan menjaring atlet pada tahun ajaran baru untuk memperkuat barisan atlet di sekolah.
Di balik itu semua, ada kecenderungan untuk meraih publikasi yang luas melalui prestasi olah raga dan ini bisa menjadi ukuran keberhasilan sebuah sekolah. Berburu atau meminang calon atlet setiap tahun ajaran baru dilakukan untuk membela tanah air bernama sekolah diperlukan untuk event olah raga Porseni. Kontinuitas pembinaan olah raga prestasi di Sekolah muaranya akan melahirkan atlet pembela nama daerah, nama bangsa dan negara. Semangat sekolah semacam ini -tidak hanya dalam bidang olah raga -- membuat posisi kesenian – dan pelestarian kebudayaan bangsa sekolah menjadi sebuah pertanyaan bagi kita.

X-Trakulikuler 3

X-TRA KULIKULER
Apa itu Pencak Silat ?
Beberapa waktu lalu, seperti yang pernah di muat oleh satu wartawan Surat kabar Kompas bahwa PENCAK silat merupakan seni bela diri produk Melayu yang keberadaannya patut untuk di lestarikan. Ketua Persilat (Persekutuan Silat Antar Bangsa), Eddie M Nalapraya mengakui hal itu. Ditegaskan salah satu program utama dari IPSI (Ikatan Pencak silat Seluruh Indonesia) adalah terus menerus memasyarakatkan Pencak Silat agar tak lagi dianggap sebagai seni bela diri yang ketinggalan jaman.
Pencak Silat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka berarti, permain-an (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dan sebagainya. Silat diartikan sebagai olahraga (permainan) yang didasari ketangkasan menyerang dan membela diri, baik dengan atau tanpa senjata. Bersilat adalah bermain (atau berkelahi) dengan menggunakan ketangkasan menyerang dan mempertahankan diri. Sedangkan Pencak Silat bermakna, kepandaian bertarung dalam pertandingan (atau perkelahian) seni bela diri khas Indonesia.
Menurut President IPSI (Ikatan Pencak Silat Indoneisa) mendefinnisikan Pencak Silat sebagai ketrampilan dan ilmu tentang pola gerak bertenaga yang efektif, indah dan menyehatkan tubuh, yang di jiwai budi pekerti luhur berdasar ketaqwaan kepada Tuhan YME, serta berujuan untuk membentuk ketahanan diri dan memupuk rasa tanggung jawab sosial. Dengan demikian pencak silat bukan ilmu atau keterampilan untuk berkelahi, melainkan suatu beladiri “self defence” atau “martial art”, merupakan suatu perpaduan yang luwes antar scien dan skill dalam bahasa Indonesia disebut kan bahwa pencak silat adalah Indonesia self defence art atau Indonesia martial art.
Dalam arti sesungguhnya, disepakati ada empat aspek yang terkandung dalam Pencak Silat. Yaitu sarana pembinaan mental spiritual, bela diri, olahraga, dan seni yang tidak dapat di pisahkan. Seperti tercermin dalam lambang trisula, di mana ketiga ujungnya mencerminkan unsur seni, bela diri dan olahraga, sementara gagangnya diyakini melambangkan pembinaan mental spiritual.
Sebagai seni, Pencak Silat merupakan wujud perilaku budaya suatu kelompok, yang di dalamnya terkandung unsur adat, tradisi, hingga filsafat. Hal itu menjadi penyebab perbedaan gerakan silat antara suatu daerah dengan daerah lainnya di Tanah Air ini. Demikian pula dengan jenis musik yang mengiringi gerakan-gerakan silat yang seperti tarian lemah gemulai tersebut.
Sebagai olahraga, dalam perkembangannya Pencak Silat melangkah menjadi suatu jenis 'gerak-badan', senam atau jurus yang dapat dipertandingkan. Perkembangannya kian pesat, setelah disepakatinya suatu aturan pertandingan olahraga pencak silat, seperti kelas peserta, luas arena, dewan pendekar, dewan hakim, ketua pertandingan, dewan wasit dan juri, lamanya pertandingan setiap babaknya, seragam pertandingan dan sebagainya.
Sebagai bela diri, pencak silat memang tumbuh berawal dari naluri manusia untuk melakukan pembelaan terhadap serangan fisik yang menghampirinya. Seseorang yang menguasai Pencak Silat (pendekar) diharapkan mampu melindungi diri dari setiap serangan, atau bahkan bisa mendahului menyerang untuk menghindari 'kerusakan' yang lebih besar.
Seorang pendekar mampu mengembangkan daya tempurnya, sehingga dalam tempo singkat berhasil memenangkan pertarungan. Berarti, dia harus memiliki kemampuan mengatur siasat/strategi bertempur (bahasa Jawa, gelar), baik saat satu lawan satu, atau dikeroyok beberapa orang lawan. Sebagai pembinaan mental spiritual atau olah batin, lebih banyak ditujukan untuk membentuk sikap dan watak kepribadian. Faktor ajaran agama yang menyertai latihan pencak silat, biasanya berperan besar untuk mengembangkan fungsi ini.
Sulit ditunjukkan secara eksplisit produk dari pembinaan mental spiritual tersebut, namun banyak aktivitas lain yang dihasilkan seperti, penyembuhan spiritual, serta demonstrasi tenaga dalam, yang merupakan wujud dari keberhasilan latihan olah batin. Disamping itu Sebagai seni budaya Bangsa yang berlandaskan Pancasila, Pencak Silat harus berlandaskan kepercayaan terhadap “ke-Esaan Sang Pencipta.
Secara kasat mata memang masih ada perbedaan, yakni di pencak silat didominasi gerakan mirip tarian, sementara pada bela diri yang lain dominan dengan gerakan keras sejak awal hingga selesai. Hal itu masih ditambah teriakan keras (di karate disebut kiai), yang di pencak silat tak begitu akrab dilakukan. Secara ringkas ada tiga prinsip teknis olahraga Pencak Silat, yakni teknik sambut serangan, penerapan teknik tinggi untuk meraih nilai penuh, serta selalu menggunakan kaidah-kaidah silat. Teknik dan taktik sambut serangan, yakni tindakan saat menerima serangan lawan, dengan menangkis, menghindar, mengelak dan kemudian membalas menyerang. ---To Be Countinued

X-Trakulikuler 4

X-TRA KULIKULER
Dalam setiap gerakan Pencak Silat (sebagai olahraga), unsur-unsur seni dan bela diri tentu harus tercermin. Sedangkan aspek pembinaan mental spiritual sudah terimplementasi di dalamnya. Misalnya, walau tak ada peraturan tertulis, namun seorang pesilat dilarang menyerang lawan yang sedang mengembangkan kaidah-kaidah perguruannya.
Pengembangan Intrakurikuler melalui Muatan Lokal Sebenarnya, ada banyak hal yang menjerat sekolah bisa dikritisi sebagai lembaga yang kurang kritis dalam pengembangan kompetensi siswa. Terutama, ketika sekolah lebih cenderung melihat satu aspek lebih dominan daripada aspek lain termasuk di dalamnya pengembangan kesenian.
Apalagi dengan beraninya beberapa guru menyimpulkan bahwa kesenian telah dipinggirkan -sebuah bentuk marginalisasi yang kontraproduktif pengembangan nilai lokal. Tapi, betapa bangganya sekolah-sekolah telah menganggap dirinya bertanggung jawab terhadap pengembangan nilai lokal, padahal sikapnya kurang memiliki komitmen dalam pengembangan nilai lokal dalam wujud karya estetis.
Benar, sekolah-sekolah di Bali dalam pengembangan muatan lokal memberi wadah dalam lomba mengarang, melukis, ketrampilan lokal, dll. Mungkin hal nya serupa dengan di Bali setidaknya Pencak Silat dapat pula di kembangkan melalui kurikulum tersebut pada system pendidikan kita.
Jika memang hal itu terlalu resmi dan muluk – muluk bias saja sebelumnya ada semacam masa penyeleksian terlebih dahulu sebelum pencak silat itu menapat posisi yang strategis di sekolah seperti melalui beberapa tahap yakni;
Tahap Pra-formal; Dilakukan semacam uji coba kedalam pencak silat yang belum memenuhi standar teknis yaitu belum dapat memiliki sumber-sumber pendidikan (misalnya guru, prasarana, sarana pendidikan, dsb.) yang memadai untuk menyelenggarakan pelayanan pendidikan secara minimal.
Untuk dapat mulai dikembangkan kemampuannya, melaui satuan-satuan pendidkan ini perlu dilengkapi fasilitas minimal ada pengenalan terlebih dahulu di lingkungan sekolah, yang mungkin saja melalui kalangan dewasa atau jajaran para guru dapat dinaikkan tahap berikutnya, yaitu Tahap Formalitas.
Tahap Formalitas; Setelah melewati taham sebelunya di harapkan mereka sudah memiliki sumber-sumber pendidikan yang telah melakukan pengujian agar bias memberikan gambaran pentingnya olahraga pencak silat ini meski masih secara minimal. Dengan begitu Satuan-satuan pendidikan ini sudah mencapai standar teknis secara minimal, seperti dalam jumlah dan kualifikasi guru yang telah mengenal Silat, kualifikasi penyediaan sarana latihan, dan kualifikasi system yang akan di terapkan secara terpadu pada lingkungan Sekolah.
Terhadap satuan-satuan pendidikan yang sudah mencapai standar minimal teknis ini, capacity building dilakukan melalui peningkatan kemampuan administratur (seperti kepala Sekolah) dan pelaksana pendidikan (seperti guru-guru, instruktur, tutor, dsb.) agar dapat melaksanakan pengelolaan pendidikan Pencak Silat di sekolah secara efisien serta dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Jika pengembangan kemampuan ini sudah berhasil dilakukan, maka satuan-satuan pendidikan ini dapat ditingkatkan tahap perkembangannya berikutnya, yaitu Tahap Transisional- dan Pengembangan.
Menciptakan Generasi Muda Yang Berprestasi Daya pikir, kreativitas dan inovasi manusia akan terbatas manakala fisik manusia berada pada kondisi sakit. Manusia tidak akan banyak berbuat apa-apa dan tidak akan mampu membangun apa pun tanpa didukung kesehatan fisik yang prima. Saat ini pemerintah daerah masih melihat olah raga hanya bagian dari aktivitas masyarakat sehari-hari yang kurang mendapat sentuhan, sedangkan rumah sakit dibangun di sana-sini untuk mengobati yang sakit.
Padahal, mencegah lebih baik daripada mengobati. Pembinaan olah raga prestasi juga terkadang hanya sibuk manakala menghadapi event Porda, PON saja, pembinaan yang serius tidak ditampakkan oleh pemerintah daerah. Belum lagi, penghargaan terhadap atlet berprestasi dan sudah mengharumkan Kabupatenpun masih terbatas dan sesaat. Untuk mendorong terciptanya masyarakat maju dan mandiri, agar mampu menjadi subjek pembangunan dalam kerangka otonomi daerah dan isu globalisasi, perlu terus dilakukan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu bentuk usaha peningkatan kualitas manusia tersebut bisa dilakukan melalui pemberdayaan generasi muda dan olah raga.
Usaha pemberdayaan generasi muda, meliputi pembinaan dan peningkatan partisipasi pemuda yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemuda sebagai insan pelopor penggerak pembangunan dan sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang untuk berperan serta dalam pembangunan.
Usaha dalam bidang pelestarian olah raga seperti Pencak Silat prestasi, meliputi pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga pencak silat, pembinaan dan pemasyarakatan olah raga tersebut dan peningkatan sarana dan prasarana olah raganya.
Tujuan pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga pencak silat prestasi, adalah untuk mengembangkan dan menyelaraskan berbagai kebijakan pembangunan olah raga, serta memperkuat kelembagaan olah raga pencak silat dan Tujuan pembinaan dan pemasyarakatan olah raga pencak silat prestasi adalah untuk meningkatkan budaya olah raga, kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat dan anak didik mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga tinggi.
Selain itu, untuk mendorong dan menggerakan masyarakat agar lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan manfaat olah raga Pencak Silat sebagai kebutuhan hidup, meningkatkan kegiatan olah raga termasuk olah raga masyarakat dan olah raga tradisional, meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olah raga Pencak Silat sejak dini usia, serta mendukung upaya pencapaian prestasi olah raga.
Sedangkan tujuan peningkatan sarana dan prasarana olah raga Pencak Silat adalah untuk menyediakan, mengadakan, dan membangun sarana dan prasarana olah raga pencak silat untuk mendukung kegiatan pembinaan dan pengembangan olah raga, serta pencapaian prestasi olah raga Pencak Silat. to be continued